Rabu, 21 Mei 2014

Laporan "STRUKTUR SEL BAKTERI"

I. PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
     Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks, (Todar K, 2008).
      Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel, (Todar K, 2008).
   Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antony van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri, (Wassenaar, 2009).


II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Struktur Sel Bakteri

     Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernamanukleoid. Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel. Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884, (Davidson, 2009).
    Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan  suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri penyebab keracunan pada makanan kaleng, (Davidson, 2009).

2.1.1. Struktur Luar :
  a. Flagellum 
     






   
     Flagellum berfungsi membantu pergerakan bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagellum, bakteri dibagi empat macam :
 1. Monotrik, memiliki satu flagellum pada salah satu ujung sel bakteri
 2. Lopotrik memiliki dua atau lebih flagella pada salah satu ujung sel bakteri
 3. Amfitrik memiliki dua atau lebih flagella di kedua ujung sel bakteri
 4. Peritrik memiliki flagella di selurur permukaan sel bakteri 

  b. Pili (fimbriae) 
     Pada permukaan sel bakteri Gram negative sering terdapat banyak alat seperti benang-benang pendek yang disebut pili (tunggal : pilus/fibria). Panjang pilus mencapai 3 mikrometer dengan diameter sekitar 5mikrometer. Pili digunakan sebagai alat lekat pada bakteri lain atau dengan bahan-bahan padat yang merupakan makanan. Salah satu pili disebut sex pillus (pilus kelamin) fungsinya sebagai penghubung dalam perpindahan ,ateri genetic (DNA) ketika suatu bakteri berkonjugasi. Umumnya, setiap sel bakteri hanya memiliki 1 atau 2 pilus kelamin, (David ,1997).

  c. Kapsul 
     Kapsul merupakan lapisan lender yang menyelubungi dinding sel. Fungsinya untuk pertahanan diri dan cadangan makanan. Tidak semua bakteri berkapsul.

  d. Dinding Sel 
     Dinding sel adalah bagian sel bakteri yang berfungsi member bentuk dan kekuatan/perlindungan terhadap sel. Dinding sel bakteri tersusun atas bahan peptidoglikan, yaitu suatu molekul yang mengandung rangkaian amino disakarida dan rantai peptida. Dinding sel relative kaku dibanding bagian-bagian lainnya. Berdasarkan dinding selnya bakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

  e. Membran sel/plasma

Merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isisnya, terletak di bawah dinding sel, tetapi tidak terikat dengan dinding sel. Membrane plasma tersusun atas lapisan lipoprotein yang bersifat semipermiabel. Fungsi membrane plasma antara lain untuk mengatur keluar masuknya zat-zat di dalam sel. Selain itu, membrane plasma berfungsi sebagai tempat perlekatan pangkal flagellum. Jika membrane plasma pecah atau rusak, sel bakteri akan mati.
2.2.2. Struktur Dalam :
a. Bahan Inti (DNA Nukleoid)
     Bahan inti bakteri tersusun oleh asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) atau disebut juga DNA kromosom. Sebagian besar bakteri hanya memiliki satu DNA kromosom berutas tunggal yang berbentuk sirkuler (cincin). DNA kromosom membawa gen-gen yang penting untuk mengatur proses-proses yang terjadi di dalam sel bakteri. Bahan inti bakteri terdapat di dalam suatu bagian yang menyerupai inti yang disebut nukleoid. Nukleoid sel bakteri tidak memiliki membrane atau dinding inti sel dan nukleolus.

b. Plasmid
     Umumnya bakteri memiliki plasmid, yaitu suatu DNA di luar DNA kromosom yang berbentu cincin. Plasmid berisi gen-gen penting untuk pertahanan sel bakteri terhadap lingkungannya yang tidak mnguntungkan. Plasmid terdapat dalam sitoplasma.

c. Sitoplasma
     Sitoplasma merupakan cairan yang bersifat koloid dan berisi semua molekul ataupun zat yang diperlukan dalam proses metabolism untuk menunjang kehidupan sel. Di dalam sitoplasma sel bakteri terdapat ribosom, mesosom, dan plasmid.

d. Ribosom 
     Ribosom merupakan organel sel yang berfungsi untuk sintesis protein. Ribosom terdapat pada semua sel, tetapi ribosom organism prokariota berbeda strukturnya dengan ribosom organism eukariota

e. Mesosom
     Mesosom merupakan daerah membrane sitoplasma yang mengalami pelipatan. Mesosom diperkirakan berfungsi dalam pembentukan dinding sel dan dalam pembelahan sel.

f. Endospora
    Bakteri tertentu dapat membentuk struktur khusus yang disebut endospora. Endospora merupakan struktur /spora yang berdinding tebal dan sangat tahan terhadap kondisi lingkungan yang jelek. Disebut endospora karena dibentuk di dalam sel bakteri. Endospora akan tumbuh menjadi sel vegetative jika berada di tempat sesuai. Tidak seperti pada organisme pembentuk spora lainnya, endospora pada sel bakteri bukan merupakan alat perkembangbiakan. Hal itu disebabkan satu sel bakteri hanya menghasilkan sendospora, dan apabila sudah berkecambah biasanya hanya menghasilkan satu sel bakteri. Kemampuan bakteri untuk menghasilkan endospora dapat hilang dan jika hilang, sulit untuk tumbuh kembali

2.2. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
2.2.1. Faktor Abiotik
a. Pengaruh Temperatur
     Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis mikrobe dapat hidup pada daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikrobe terletak antara 0°C-90°C, dan kita kenal ada temperatur. minimum, optimum, dan maksimum. Temperatur minimum adalah nilai paling rendah dimana kegiatan mikroba dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba,tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal. Sedangkan temperatur yang paling baik bagi kegiatan hidup dinamakan temperatur optimum. Daya tahan terhadap temperatur itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit, sebaliknya ada suatu bakteri yang tetap hidup setelah dipanasi dengan uap 100 ºC atau lebih selama kira-kira 2,5 jam misalnya terjadi pada bakteri yang membentuk spora misalnya Bacillus, (Wassenaar, 2009).

b. Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan
     Mikrobe mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%. Kadar air bebas di dalam larutan (aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak di antara 0,90 - 0,99, sedangkan bakteri halofilikmendekati 0,75. Keadaaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma, yang berakibat berhentinya kegiatan metabolisme. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabakan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut, (David ,1997).
c. Nutrien
     Penyediaan bahan makanan bagi pertumbuhan suatu organisme dinamakan nutrisi. Mikroba terdiri dari bermacam-macam jenis yang masing-masing berbeda dalam sifat-sifat fisiologisnya, karena itu kebutuhan makanan (nutrisi) tiap-tiap golongan atau jenis mikroba juga berbeda-beda.Ada bakteri yang dapat hidup dari zat anorganik saja , tetapi ada pula bakteri yang tidak dapat hidup jika tidak ada zat organik.Kebanyakan bakteri membutuhkan zat organik seperti garam-garam yang mengandung Na,K,Ca,Mg,Fe,Cl,S dan P , kecuali zat diatas bakteri memerlukan juga sumber makanan yang mengandung C,H,O,N yang dapat berfungsi sebagai penyusun protoplasma. Unsurt-unsur C,H,O,N tersebut dapat diambil dalam bentuk elemen-elemen oleh beberapa spesies, tetapi beberapa spesies yang lain hanya dapat mengambil unsur-unsur tersebut dalam bentuk senyawa organik, seperti karbohidrat,protein,lemak dan sebagainya.Banyak bakteri yang masih memerlukan zat-zat tambahan ,seperti : Mn,Mo,vitamin-vitamin, beberapa macam asam amino , asam lemak , sel-sel darah merah ,hematin, pirimidin,nukleotida dan kadang-kadang asam cuka.

d. Pengaruh Perubahan Nilai Osmotik
   Pada umumnya larutan hipertonik menghambat pertumbuhanmikrobe karena dapat menyebabkan plasmolisis. Medium yangpaling cocok bagi kehidupan mikrobe adalah medium yang isotonikterhadap isi sel mikrobe. Larutan garam atau larutan gula yang agakpekat mudah menyebabkan plasmolisis. Sebaliknya, mikrobe yangditempatkan di air suling (aquades) akan kemasukan air sehinggadapat menyebabkan pecahnya sel mikrobe tersebut, hal ini dinamakanplasmoptisis. Berdasarkan hal ini, maka pembuatan suspensi bakteridengan menggunakan air murni tidak dapat digunakan. Beberapa mikrobe dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi, misal ragi yang osmofil (dapat tumbuhpadaz kadar garam tinggi), bahkan beberapa mikrobe dapat bertahan di dalam substrat dengan kadar garam sampai 30%, golongan inibersifat haloduri.

e. Pengaruh Sinar
     Pada umumnya sel mikroorganisme rusak akibat cahaya, terutama pada mikrobe yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik. Sinar dengan gelombang pendek akan  berpengaruh buruk terhadap mikrobe. Sedangkan sinar dengan gelombang panjang mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Bila energi radiasi diabsorpsi oleh sel mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar ultra violet (sinar gelombang pendek) sangat berbahaya terhadap kehidupan bakteri. Sinar X dan sinar radium yang bergelombang lebih pendek dari pada sinar ultra violet juga dapat membunuh mikroba, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis dari pada sinar ultra violet. Sinar yang tampak oleh mata kita, tidak begitu mematikan bakteri.

f. pH
     pH sangat mempengaruhi terhadap kehidupan bakteri. Media yang dipakai untuk  menanam suatu bakteri harus mempunyai pH tertentu. Hal ini berhubungan dengan sifat-sifat bakteri yang mempunyai batas-batas pH untuk pertumbuhannya. Dengan adanya sifat bakteri tersebut timbul pengetian :
     • pH minimum yaitu pH terendah dimana bakteri masih dapat hidup walaupun tidak bekembang biak.
     • pH maksimum yaitu pH tertinggi dimana bakteri masih dapat hidup walaupun tidak berkembang biak.
     • pH optimum yaitu pH sedang tertentu dimana bakteri dapat berkembang biak sebaik-baiknya.  
Nilai pH merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim, dimana aktivitas enzim ini akan maksimum pada kondisi pH optimum. Nilai pH sel mikroorganisme dipengaruhi oleh pH lingkungan dimana mikroorganisme tersebut hidup. Bebertapa mikroorganisme memiliki mekanisme untuk mempertahankan pH intraselularnya pd pH yang relatif konstan dalam kondisi pH lingkungan yang berfluktuasi dan tambah pada kondisi asam maupun basa. Pada umumnya bakteri hidup pada pH 6,5-7,5 (Benefield dan Randall, 1980)
Menurut Starr (1981), mikroorganisme dapat dikelompokkan berdasarkan rentang pH tempat hidupnya, yaitu:
     • Asidofilik (pH 1,0-5,5)
     • Neutrofilik (pH 5,5-8,5)
     • Alkalifilik (pH 8,5-11,5)

g. Sumber CO2
    Sumber CO2 untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik ( karbohidrat, asam-asam organik, garam-garam asam organik, dan lain-lain) dan ada pula yang dapat menggunakan senyawa anorganik ( karbonat-karbonat ) atau CO2 sebagai sumber karbon utama. Berdasarkan atas kebutuhan karbon, mikroba dapat digolongkan dalam:
     • Mikroba Ototrof  : mikroba yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk senyawa anorganik ( CO2 dan senyawa-senyawa karbonat )
     • Mikroba Heterotrof : mikroba yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik.

h. O2
    Oksigen sangat diperlukan untuk pernafasan suatu mikroba. Oksigen yang diperlukan dalam proses tersebut, ada yang berasal dari udara bebas dan ada pula suatu bakteri untuk pernafasanya tidak memerlukan oksigen dari udara bebas, melainkan dari suatu senyawa. 

i. H2O / Air
     Air merupakan komponen utama dalam sel mikroba dan medium. Fungsi air ialah sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam proses metabolisme.

2.2.2. Faktor Biotik
Hubungan antar spesies, termasuk mikrobe dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Netralisme
     Hubungan netralisme merupakan hubungan antar spesies yang saling tidak mengganggu. Misalnya saja, mikrobe yang ada di dalam tanah atau di dalam kotoran hewan banyak spesies yang dapat hidup bersama dengan saling tidak merugikan, tetapi juga tidak saling menguntungkan.

b. Kompetisi
     Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkanterjadinya persaingan antar spesies. Spesies yang dapat menyesuaikan diri paling baik, itulah spesies yang akan mengalami pertumbuhan subur, maka bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri anaerob fakultatif.

c. Antagonisme
     Antagonisme menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat dikatakan sebagai hubungan yang asosial. Spesies yang satu menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehinggapertumbuhan spesies yang terakhir sangat terganggu. Zat yangdihasiIkan oleh spesies yang pertama mungkin berupa suatu ekskret, sisa makanan dan yang jelas bahwa zat itu "menentang" kehidupan yang lain.Zat penentang tersebut dinamakan antibiotika. Oleh karena kejadian inilah Alexander Fleming pada tahun 1929 menemukan antibiotika penisilin. Beberapa bentuk dari antagonisme misalnya antara Strepto: lactis dan Bacillus substilis atau Proteus vuigaris. Jika ketiga spesies ditumbuhkan pada suatu medium, maka pertumbuhanBacillus c Proteus akan segera tercekik karena adanya asam susu yang dihasilkan Streptococcus lactis, (Kirei, 2008).

d. Komensalisme
    Asosiasi jenis ini terjadi biia dua spesies hidup bersama, kemudian spesies yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan spesies yang lain tidak dirugikan olehnya, maka hubungan hidup antara kedua spesies itu disebut komensalisme (metabiosis). Spesies yang beruntung disebut komensal, sedangkan spesies yang member keuntungan disebut inang (hospes).

e. Mutualisme
     Mutuaiisme merupakan suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana masing-masing yang bersekutu mendapatkan keuntungan. Jika terpisah, masing-masing tidak atau kurang dapat bertahan diri. Seringkali simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk hubungan antara dua spesies yang mutualistik, tetapi sekarang orang lebih banyak menggunakan istilah mutualisme. Simbiosis artinya hidup bersama. Anggota asosiasi ini disebut simbion.
 f. Sinergisme
     Sinergisme adalah asosiasi (hubungan hidup) antara kedua spesies, bila mengadakan kegiatan tidak saling menganggu, akan tetapi kegiatan masing-masing justru merupakan urut-urutan yang saling menguntungkan. Misalnya, ragi untuk membuat tape terdiri atas kumpulan spesies Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula,dan Acetobacter. Masing-masing spesies mempunyai kegiatan - kegiatansendiri, sehingga amilum berubah menjadi gula, dan gula menjadibermacam-macam asam organik, alkohol, dan Iain-Iain. Asosiasikomensalisme dan sinergisme tidak ada perbedaan yang tegas.

 g. Parasitisme
     Parasitisme merupakan suatu bentuk asosiasi di antara dua spesies, dimana satu pihak dirugikan dan pihak yang lain diuntungkan. Spesies pertama disebut dengan inang (hospes/pejamu/induk semang),sedangkan spesies yang mengambil keuntungan dinamakan parasit. Hubungan ini misalnya, antara virus (bakteriofage) dengan bakteri. Virus tidak dapat hidup di luar bakteri atau sel hidup lainnya.Sebaliknya bakteri atau sel lainnya yang menjadi hospes akan mati karenanya.

h. Predatorisme
   Hubungan antara Amoeba dengan bakteri disebut predatorisme.Amoeba merupakan pemangsa (predator), sedangkan bakterimerupakan mangsa. Kematian mangsa berarti kehidupan pemangsaBerbeda dengan parasitisme adalah dalam hal ukuran besar kecilnya saja; parasit lebih kecil daripada hospes, sedangkan predator lebih besar daripada organisme yang dimangsa. Seperti parasit, tidak dapat hidup tanpa hospes, maka predator pun tidak dapat hidup tanpa mangsa.

i. Sintropisme
     Sintropisme merupakan kegiatan bersama antara berbagai jasad renik terhadap suatu nutrisi. Proses ini penting untuk peruraian bahan organik tanah dan di dalam proses pengolahan air buangan. Misalnya, sintropisme antara mikroorganisme A, B, C, D, dan E di dalam penguraian zat X, (Wassenaar, 2009).










Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!! blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D

Selasa, 20 Mei 2014

Laporan "PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN PEMBUATAN LARUTAN BAKU NaOH 0,1 N "

I.   PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
    Laboratorium merupakan wadah atau tempat belajar mengajar melalui media praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana mahasiswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari, (Wikipedia, 2012).
     Peranan laboratorium dalam mempelajari ilmu kimia yaitu untuk memberikan kelengkapan bagi pelajaraan teori yang telah di terima sehingga antara teori dan praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah, melainkan dua hal yang merupakan suatu  kesatuan. Keduanya saling mengkaji dan saling mencari dasar. Memberikan ketrampilan kerja ilmiah bagi praktikan dan juga memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah sesuatu objek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial. Sebagai alat untuk menambah ketrampilan dalam mempergunakan alat media yang tersedia untuk menentukan kebenaran. memumpuk rasa ingin tahu sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuwan. Dan membina rasa percaya diri sebagai keterampilan yang di peroleh penemuan yang di dapat dalam prose kegiatan kerja laboratorium, (Wikipedia, 2012).
    Pentingnya mengenal alat-alat dan bahan kimia di laboratorium dan cara penggunaanya, Selain mengenal alat-alat laboratorium kita juga harus mengenal fungsi alat-alat tersebut. Kebanyakan para praktikan belum mengetahui benar apa fungsi dari alat-alat yang ada di laboratorium, walaupun mereka telah mengenal bentuk dan nama-nama alat tersebut. Dengan kita telah menenal nama, bentuk dan fungsi alat yang akan kita gunakan maka kita akan lebih mudah dalam melakukan praktikum. Dalam penggunaan alat dan dalam membaca skala, jika terjadi kesalahan maka akan mempengaruhi keberhasilan yang akan kita lakukan dalam praktikum kita. Selain itu juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan praktikan. Dalam prakteknya, seseorang yang mempelajari atau menekuni bidang kimia akan selalu dihadapkan pada hal-hal yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya dan merugikan kehidupan manusia terutama bagi orang tersebut. Setidaknya ada tantangan bagi para ahli kimia untuk mempelajari hal-hal yang berbahaya itu. Selain bahan kimia, penggunaan peralatan juga penting dalam melakukan praktek di laboratorium kimia. Kesalahan penggunaan alat dan bahan merupakan salah satu penyebab terjadinya hal-hal yang kurang menguntungkan atau berbahaya bagi dirinya maupun orang lain, (Wikipedia, 2010).

1.2. Tujuan
       Adapun tujuan dari praktikum kimia dasar dengan Materi Pengenalan Peralatan dan Bahan Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N Adalah :
a). Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang alat-alat kimia dan cara pemakaiannya.  
b). Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan karakteristik bahan-bahan kimia.
c). Mahasiswa dapat membuat larutan baku NaOH 0,1 N.


II.  TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Alat-Alat Dalam Laboratorium Kimia
      Peralatan yang biasa di laboratorium kimia antara lain yaitu gelas kimia (beaker),labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet, buret, tabung reaksi, kaca arloji, mortar dan pestle, spatula, batang pengaduk, kawat kasa, kaki tiga, burner/pembakar spiritus, dan alat-alat pendukung lainnya sepeti labu ukur, labu bundar, corong buchner, erlenmeyer buchner, cawan petri, botol semprot, klem manice, klem bosshead, klem burat, dan sebagainya. (astor, 2011)

2.2. Sifat-sifat bahan kimia dalam laboratorium
       Sifat-sifat bahan kimia dalam laboratrium, dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain yaitu bahan kimia beracun (Toxic) Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Bahan kimia korosit (Corrosive) Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Bahan kimia mudah terbakar (Flammable) Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran.  Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan. Bahan kimia peledak (Explosive) ah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.Bahan kimia reaktif terhadap air (Water Sensitive Substances) Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Bahan kimia oksidator (Oxidation) Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya. Gas bertekanan (Compressed gases) Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan. Bahan kimia radioaktif (Radioactive substances) Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram. Dan bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances) Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. (wikipedia, 2013)

2.3. Moralitas dan Normalitas suatu Larutan
       Dalam ilmu kimia, molaritas (disingkat M) salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Misalnya 1.0 liter larutan mengandung 0.5 mol senyawa X, maka larutan ini disebut larutan 0.5 molar (0.5 M). Umumnya konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidaklah linear. (smankha, 2011)
    Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-. Pada reaksi netralisasi asam dan basa H+ + OH-   H2O yaitu masa ekivalen dari asam adalah setara dengan fraksi massa molekul yang dapat memberika satu buah H+ untuk melakukan reaksi netralisasi (dengan kata lain, massa ekuivalen setara dengan massa molekul dibagi jumlah H+ yang dapat dihasilkan). Gram ekivalen merupakan jumlah massa zat yang dibutuhkan untuk mereaksikan 1 mol H+. Massa ekivalen suatu basa adalah setara dengan fraksi massa molekul yang dapat memberikan 1 OH- atau dapat bereaksi dengan 1 H+. (smankha, 2011)

2.4. Pembuatan Larutan NaOH
       Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Larutan baku natriumhidroksida tak dapat dibuat langsung dengan menimbang NaOH yang telah dihitung, karena basa itu selalu menarik air dan karbondioksida dari udara. Lebih-lebih karbonat yang terbentuk itu sangat mengganggu penitaran dengan PP. Oleh karena itu harus dibuat dahulu “lindi minyak menurut Sorensen". Yaitu larutan NaOH 50 %, misalnya 100 gram NaOH padat ditambahkan sedikit demi sedikit Kedalam 100 gram air yang berada dalam piala gelas Pyrex sambil diaduk dengan pengaduk kaca. Hati-hati dalam larutan hidroksida sepekat ini, natrium karbonat tak akan larut dan setelah dua tiga hari kotoran terendap. Yang kita gunakan adalah larutan jernih bagian atas, yaitu NaOH yang tidak mengandung karbonat. Karena larutan basa lambat laun akan memakan kaca, lindi minyak harus disimpan dalam botol yang dilapisi parafin dinding dalamnya. (ridwan, 2012)
      Kepekatan lindi minyak adalah lebih kurang 19 N, Untuk menetapkan N NaOH secara kasar dapat ditera dulu berat jenisnya dengan menggunakan Boumemater, untuk melihat kenormalan NaOH dapat dilihat pada table hubungan berat jenis dengan Normalitas. Kemudian kita hitung berapa ml lindi yang diperlukan untuk 1 liter NaOH 0,1 N, dengan menggunakan rumus V1N1 = V2N2. Jumlah ml itu diukur dengan gelas ukur atau ditimbang dengan neraca kasar, dimasuk¬un kedalam labu ukur 1 liter dan air suling hingga tanda garis dan larutan NaOH siap untuk ditetapkan kenormalannya dengan larutan baku asam oksa¬lat, KH-Phtalat dan sebagainya.(ridwan, 2012)


III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
    Kegiatan Praktikum Kimia Dasar Materi 1 dimulai pada pukul 15.00 WIB – 16.40 WIB, pada hari Senin, tanggal 18 Maret 2013. Dilaksanakan di laboratorium Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Palangka Raya. 

3.2. Alat dan Bahan
a. Alat
    Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kimia dasar dengan materi pengenalan alat meliputi : gelas arloji, timbangan analitik, labu ukur, pipet volum, pipet ukur, beaker glass, buret, erlenmeyer, corong, crus porselin, dan mortar.
b. Bahan
   Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kimia dasar dengan materi  pengenalan alat meliputi : AgNO3, HCl, H2SO4, NaOH, Indikator PP, Indikator MO dan KMO4.

3.3. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N
- Menghitung berat molekul NaOH, berat molekul NaOh (dalam gram) tersebut sebagai dasar untuk membuat larutan baku 1 N setelah melarutkannya dalam aquades 1 L.
- Menghitung berapa gram NaOH yang diperlukan untuk membuat konsentrasi NaOH 0,1 N

3.4. Prosedur Kerja
- Menyiapkan beberapa peralatan.
- Menggambar alat-alat tersebut.
- Menulis spesifikasi dan fungsinya.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.  Hasil Pengamatan Pengenalan Alat-Alat Kimia


Tabel 2. Hasil Pengamatan Bahan-Bahan Kimia

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N

4.2. Pembahasan
        Berdasarkan tabel 1. Hasil pengamatan pengenalan alat-alat kimia, yaitu: 1). Labu ukur adalah alat untuk mengukur cairan yang terbuat dari kaca yang berfungsi sebagai tempat untuk membuat larutan kimia; 2). Corong adalah alat bantu untuk memasukan larutan kedalam wadah/tabung, corong ini terbuat dari kaca; 3). Gelas ukur adalah alat kimia yang digunakan untuk mengukur larutan dan terbuat dari kaca; 4). beaker gelas adalah alat yang digunakan untuk tempat cairan atau sebagai tempat pencampuran bahan kimia, alat ini terbuat dari kaca; 5). Erlenmayer adalah alat kimia yang berfungsi untuk pencampuran larutan kimia dengan cara digojog, alat ini terbuat dari kaca; 6). Tabung reaksi adalah alat kimia yang digunakan untuk mereaksikan bahan kimia/larutan dalam jumlah yang sedikit, alat ini terbuat dari kaca; 7). Rak tabung reaksi adalah alat bantu kimia yang terbuat dari kayu dan berfungsi sebagai tempat untuk  menyimpan tabung reaksi; 8). Lampu bunsen adalah alat yang digunakan untuk  membakar atau memanaskan larutan yang terbuat dari kaca dan sumbu, dan bahan bakarnya menggunakan spritus; 9). Batang pengaduk adalah alat banti kimia yang digunakan untuk mengaduk larutan dan terbuat dari kaca; 10). Gelas arloji adalah alat untuk meletakan zat yang akan ditimbang pada timbangan analitik, alat ini terbuat dari kaca; 12). Pipet tetes adalah alat bantu kimia yang digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit, alat ini terbuat dari kaca dan karet; 14). Pipet volume adalah alat untuk mengambil cairan dalam jumlah yang sedikit, alat ini terbuat dari kaca; 15). Pipet ukur adalah alat bantu kimia yang diguanakan untuk mengambul larutan dalam jumlah yang banyak, alat ini terbuat dari kaca dan karet; 16). Timbangan analitik adalah alat yang digunakan untuk menimbang bahan kimia dengan ketelitian yang sangat tinggi, alat ini terbuat dari besi dan kaca; 17). Cawan porselin merupakan alat bantu yang terbuat dari porselin untuk Wadah untuk mereaksikan atau mengubah suatu zat pada suhu tinggi.
      Berdasarkan Tabel 2. Hasil Pengamatan Bahan-Bahan Kimia meliputi : a). AgNO3 merupakan jenis zat kimia yang memiliki notasi korosif yang berlambangkan huruf kode C dan sangat mudah terbakar yang berlambang huruf kode F dengan kemasan bahan biasanya 25 gram dalam botol; b). HCl  merupakan jenis zat kimia yang memiliki notasi korosif yang berlambangkan huruf kode C, maka apabila terkena tubuh akan merusak jaringan pada tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan. Karakteristik bahan kimia ini memiliki asam pH < 2 dan basa pH > 11,5 dengan kapasitas berat bahan 1 liter dalam kemasan; c). H2SO4 merupakan jenis zat kimia yang memiliki notasi korosif yang berlambangkan huruf kode C. Bahan dan formulasi yang bernotasi  korosif maka apabila terkena tubuh akan merusak jaringan pada tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan.  Karakteristik bahan kimia ini memiliki asam pH < 2 dan basa pH > 11,5 dengan 1 liter tiap botol; d). NaOH merupakan jenis zat kimia yang memiliki notasi korosif yang berlambangkan huruf kode C. Bahan dan formulasi yang bernotasi  korosif maka apabila terkena tubuh akan merusak jaringan pada tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan.  Karakteristik bahan kimia ini memiliki asam pH < 2 dan basa pH > 11,5 dengan 1 kg perkemasan perbotol.
      Berdasarkan Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N untuk menghitung perlu adanya perlakuan terhadap larutan dengan menghaluskan  bahan kimia NaOH, menimbang menimbang bahan kimia NaOH dengan timbangan analitik seberat (g) 0,4 gram, Mengukur air aquades dengan gelas ukur sebanyak (V) 100 ml, Mencampur bahan kimia NaOH dengan air aquades (L) 1000 ml, memasukan kedalam labu ukur untuk mengetahui ukuran, Kemudian dikocok hingga tercampur rata, menjadi larutan baku NaOH 0,1 N titrat,  kemudian disimpan dan dapat di gunakan. 
Untuk menghitungnya dengan rumus 



Diketahui :
Bm NaOH = 1 Na (23) +1 O (16) +1 H (1)
        = 23 + 16 +1
        = 40
Ditanyakan g = …………?
Penyelesaian : 














V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
    Adapun kesimpulan dari praktikum kimia dasar dengan materi pengenalan peralatan dan bahan pembuatan larutan baku NaOH 0,1 adalah : 1) Pengenalan peralatan meliputi :  a) Alat ukur adalah peralatan z untuk mengetahui besaran atau nilai suatu objek, contohnya pH meter, thermometer, stop watch, lux meter, higrometer, pipet ukur, timbangan analitik, labu ukur, dan gelas ukur;  b) Alat gelas adalah peralatan  yang digunakan sebagai tempat larutan, contohnya cawan petri, gelas piala, erlenmeyer, test tube, gelas kimia, gelas arloji, dan tabung reaksi; c) Alat pemanas adalah peralatan yang digunakan dalam proses pemanasan, contohnya lampu bunsen dan hot plate; d) Alat bantu adalah alat yang digunakan sebagai penunjang alat utama dalam praktikum, contohnya corong, rak tabung reaksi, mortar dan crus, pengaduk, pipet tetes, buret, klep, pipet volume, kasa asbe, slide glas, dan cover glas; 2) Sifat-sifat bahan kimia terdiri atas : a) mudah meledak merupakan dapat meledak dengan gesekan  karena pemanasan oleh api, contohnya bahan ammonium nitrat, nitroselulosa, untuk keamanan hindari loncatan api dan panas; b) Oksidasi merupakan bahan yang meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan dengan bahaya oksidator dapat membakar bahan lain, contohnya hidrogen peroksida, kalium perklorat dan untuk keamanan hindari bahan mudah terbakar dan reduktor; c) Mudah terbakar merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah, contohnya alumunium alkilfosfor, dan butane, untuk keamanan hindari dari sumber api; d) Bahaya iritasi merupakan bahan yang menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh, contohnya peridin dan benzyl klorida, untuk keamanan hindari dari menghirup; e) Korosit merupakan bahan yang dapat merusak jaringan hidup. Bahaya yang ditimbulkan korosif  contohnya belerang dioksida, untuk keamanan hindari terhirup pernapasan; f) Radioaktif merupakan gelombang elektromagnetik bermuatan radiasi isotop partikel dari sinar x, contohnya uranium dan thorium, untuk keamanan hindari dari kawasan radioaktif.



Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!! blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D

Senin, 19 Mei 2014

Laporan "FOTOSINTESIS"

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berdasarkan cara memperoleh makanannya organisme dibedakan menjadi organisme autotrof dan organisme heterotrof. Organisme autotrof merupakan organisme yang dapat mengubah bahan anorganik menjadi organik (dapat membuat makanan sendiri) dengan bantuan energi seperti energi cahaya matahari dan kimia. Yang termasuk organisme autotrof adalah tumbuhan hijau, beberapa bakteri, dan alga. Heterotrof adalah organisme yang membutuhkan senyawa organik dimana karbon diekstrak untuk pertumbuhannya. Heterotrof dikenal sebagai "konsumer" dalam rantai makanan. Termasuk ke dalam heterotrof adalah manusia, semua hewan, jamur dan bakteri. Heterotrof merupakan kebalikan dari autotrof. (Wikipedia, 2012).
Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat makanan sendiri. Organisme ini membuat makanannya dengan cara melakukan proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Pada proses fotosintesis, karbon dioksida diubah menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk mensintesis materi organik lainnya. Karbohidrat yang dihasilkan oleh fotosintesis ialah gula berkarbon tiga yang dinamai gliseraldehida 3-fosfat (Bassham, 1965).
Manfaat mempelajari fotosintesis adalah dapat mengetahui perbedaan dari organisme autotrof dan heterotrof, dapat mengetahui zat dan gas yang dihasilkan dalam fotosintesis, dapat mengetahui proses fotosintesis, dan dapat mengetahui perbedaan fotosintesis pada reaksi terang dan reaksi gelap. (Wikipedia, 2012)


II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari. Adapun reaksi fotosintesis adalah 6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2. (Wikipedia, 2012).

1.2. Reaksi Terang Dan Reaksi Gelap
Pada fotosintesis dibagi menjadi dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang terjadi di grana. Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksiNADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm. Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks (Rawirohartono, 2005). 
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat. Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase (Rawirohartono, 2005). 

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fotosintesis
Dalam proses fotosintesis terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat proses fotosintesis. Berikut adalah beberapa faktor internal dan eksternal yang menentukan laju fotosintesis. Faktor internal yang menghambat laju reaksi adalah tahap pertumbuhan (penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh), dan klorofil (klorofil merupakan pigmen penyerapan cahaya, untuk membuat klorofil diperlukan ion magnesium yang diserap dari tanah (Mcfadden, 2008).
Sedangkan faktor eksternal yang menghambat laju fotosintesis adalah intensitas cahaya (laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya). Konsentrasi karbon dioksida (semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis). Suhu (enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim).Kadar air (kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis) (jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang) (Nelson N, 1988.).

DAFTAR PUSTAKA

Gould SB, Waller RF, Mcfadden GI (2008). "Plastid Evolution".(Www.Google.Com). 
Tyler Lacoma, Ehow Contributor. 2010. Discovery Of Photosynthesis. ".(Www.Google.Com). 
Bassham JA. 1965. Photosynthesis: The Path Of Carbon. Plant Biochemistry, Second Edition. New York: Academic Press. ). 
Reily P, Nelson N. 1988. Photosystem I Complex. Photosynthesis Research 
Herrero A And Flores E (Editor). (2008). The Cyanobacteria: Molecular Biology, Genomics And Evolution. .(Www.Google.Com). ).  
Rawirohartono S. 2005. Sains Biologi. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 64-71.
Olson JM (2006). "Photosynthesis In The Archean Era". Photosyn. Res. ). 




Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!! Blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D

Minggu, 18 Mei 2014

Laporan "MENGENAL ORDO SERANGGA HAMA"

I. PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
1.1.1. Pengertian Hama dan Filum Yang Berpotensi Sebagai Hama
Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang  karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia. (De-mar, 2012). Ada beberapa filum dalam dunia binatang yang sebagian dari anggotanya berpotensi menjadi hama tanaman, yakni Filum : a). Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa). b). Mollusca yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). c). Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas Mammalia, yaitu keluarga bajing dan tikus. d). Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta atau Hexapoda (serangga) (Pandito, 2011).

1.1.2. Ordo Serangga Hama Dan Contohnya
Serangga yang penting yang tidak lain sering merusak tanaman adalah kelompok kelas Hexapoda. Serangga Hexapoda mempunyai ciri khas yakni memiliki enam buah kaki. Jenis ini memiliki beberapa jenis ordo,yakni sebagai berikut: a). Ordo Orthoptera : Berasal dari kata orthos yang artinya”lurus” dan pteron artinya “sayap”. Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator. Sewaktu istirahat sayap bagian belakangnya dilipat secara lurus dibawah sayap depan. Sayap depan mempunyai ukuran lebih sempit daripada ukuran sayap belakang. Alat mulut nimfa dan imagonya menggigit-mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3stadia (telur-nimfa-imago). Beberapa contoh serangga jenis ordo orthoptera : Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang pedang (Sexava spp.), jangkrik (Gryllus mitratus Burn dan Gryllus bimaculatus De G.), anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.). b). Ordo Hemiptera : Hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo ini  pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk), hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii), walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb), kepik buah lada (Dasynus viridula). c). Ordo Homoptera : Homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya kutu daun (Aphis sp.) sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Namun bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan untuk berpindah habitat. Tipe perkembangan hidup serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga ini, antara lain : wereng coklat (Nilaparvta lugens), wereng hijau (Nephotettix apicalis), kutu loncat (Heteropsylla), kutu daun (Myzus persicae). d). Ordo Lepidoptera : Berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya “sayap”. Tipe alat mulut dari ordolepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur-larva-pupa-imago). Larva sangat berpotensi sebagai  hama tanaman, sedangkan imagonya(kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari rambut. Yang termasuk jenis serangga dari ordo ini,antara lain : ulat daun kubis (Plutella xyllostella), kupu-kupu pastur (Papilio memnon L), ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), penggerek padi putih (Tryporyza innotata Walker). e). Ordo Coleoptera : Coleos artinya “seludang” pteron “sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras  dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa (imago).  Tipe alat mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya bentuk tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga lain. Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda. Serangga yang yang merusak tanaman, antara lain : kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L), kumbang daun kangkung, semangka, dan terung (Epilachna sp.), kumbang daun keledai (Phaedonia inclusa Stal), penggerek batang cengkih ( Nothopeus fasciatipennis Wat ). f). Ordo Diptera : Di artinya “dua” dan pteron artinya “sayap” merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran.Metamorfosisnya “holometabola” (telur-larva-kepompong-imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab dan tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap. Jenis serangga golongan ini, antara lain : lalat buah (Bactrocera sp.), lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), lalat bibit padi (Hydrellia philippina), hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason).

1.1.3. Tipe Perkembangannya
Selama perkembangan tubuhnya, hama serangga tanaman mengalami perubahan-perubahan yang nyata. Perubahan ini dibedakan menjadi dua, yaitu : a). Paurometabola : Serangga yang mengalami perubahan bentuk secara paurometabola selama siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa dan imago. Serangga pradewasa disebut nimfa. Nimfa dan imago memiliki tipe alat mulut dan jenis makanan yang sama, bentuk nimfa menyerupai induknya hanya ukurannya lebih kecil, belum bersayap, dan belum memiliki alat kelamin. Serangga pradewasa mengalami beberapa kali pergantian kulit, diikuti pertumbuhan tubuh dan sayap secara bertahap. Serangga yang termasuk alam tipe ini yaitu ordo Orthoptera, Hemiptera, dan Homoptera. b). Holometabola : Pada tipe ini serangga memiliki empat stadia selama siklus hidupnya, yaitu telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago. Serangga pradewasa disebut larva, dan memiliki habitat yang berbeda dengan imagonya. Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar. Serangga yang memiliki perkembangan holometabola yaitu ordo Lepidoptera, ordo Coleoptera, ordo Hymenoptera. (My Blog, 2011).

1.1.4. Tipe Mulut Serangga Hama
Pada dasarnya jenis alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi tiga tipe utama, yaitu: a). Tipe mandibulata (menggigit-mengunyah), dimana alat mulut ini digunakan untuk memotong atau menggigit dan menyunyah bahan makanan padat. Alat ini dicirikan oleh adanya mandibel yang kuat. b). Tipe haustelata (mengisap), dimana alat mulut ini disesuaikan untuk mengambil bahan makanan cair atau bahan makanan-bahan makanan terlarut. Alat ini memiliki bagian yang memanjang dan berbentuk seperti jarum yang dinamakan stilet. c). Tipe kombinasi, dimana disesuaikan untuk mengambil bahan makanan padat atau bahan makanan cair. Alat mulut kombinasi ini mempunyai mandible untuk menggigit bahan padat dengan maksila dan labium yang dimodifikasi untuk mengisap dan menjilat cairan. Tipe-tipe utama tersebut diatas dapat mengalami variasi sehingga kita temui berbagai macam tipe alat mulut serangga seperti mengigit-mengunyah, mengunyah-menghisap, menjilat-mengisap, menjilat, menusuk-mengisap serta mengisap. ( Jumar, 2000).

1.2. Tujuan 
Adapun Tujuan praktikum tentang mengenal ordo serangga hama adalah :
a.  Untuk mengetahui perbedaan ke enam ordo serangga hama tersebut
b. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki), sehingga memudahkan pengklasifikasian / identifikasi ke enam ordo serangga hama tersebut

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Tempat Dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dengan materi “Mengenal Ordo Serangga Hama” dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 13.00-14.40 WIB.

2.2. Bahan dan Alat
bahan yang digunakan adalah spesiman serangga hama (ordo orthoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, diptera, dan coeleptera). Sedanglan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lup, alat gambar, dan alat tulis lainnya.

2.3. Cara Kerja
      Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordo serangga hama, yang digambar adalah :
  •  Bentuk serangga secara keseluruhan
 • Permasing-masing bagian, yaitu sayap depan, sayap belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen), dan kaki.
  •  Melakukan pengklasifikasian (genus, spesies, ordo dan familia)
b. Menggambar hasil pengamatan (per kelompok) membuat sebagian laporan sementara yang ditandatangani oleh asisten yang bertugas.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan mengenal ordo serangga hama

3.2. Pembahasan
     3.2.1 .Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
Gambar 1. Bagian-bagian belalang
Ø Morfologi dan anatomi belalang: Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3  (Adearisandi, 2012).
Ø Siklus hidup belalang kayu sebagai berikut, telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
Ø Ada beberapa cara pengendalian belalang kayu antara lain, mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil, atau bisa juga  dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap (Syamsul. 2009).

3.2.2. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Gambar 2. Bagian-bagian walang sangit
Ø Morfologi dan anatomi walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm. Walang sangit (Leptocorisa oratorius ), adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi. Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang memanjang, berukuran sekitar 2cm, berwarna merah dan hitam. Walang sangit termasuk dalam ordo Hemiptera. Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah dan dapat menurunkan hasil tetapi juga menurunkan kualitas gabah seperti bintik-bintik coklat pada gabah akibat isapan cairan dari hama tersebut pada saat padi matang susu (Soemadi, 2002).
Ø Siklus hidup walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur rata-rata 5,2 hari. Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan. Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antena yang panjang. Setelah menjadi imago,  serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. (Amriardiansyah, 2014).
Ø Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai cara, misalnya melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas, sehingga koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus menghindari kerusakan yang berat. Pada awal fase generstif dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari tumbuhan rawa Limnophila sp. Ceratophyllum sp., Lycopodium sp. dan bangkai hewan : kodok, kepiting, udang dan sebagainya. Walang sangit yang tertangkap lalu dibakar. Parasit telur walang sangit yang utama adalah Gryon nixoni dan parasit telur lainnya adalah Ooencyrtus malayensis. Walang sangit dapat tertarik pada bau-bau tertentu seperti bangkai dan kotoran binatang (Rio10, 2009).

3.2.3. Kutu Daun
Ggambar 3. Kutu Daun
Ø Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25oC, dan 21 hari pada 15oC. Di antara semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan yang terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa. Perbedaan antara T. citricidus dan T. aurantii terlihat pada pembuluh sayap bagian depan, dimana pada T. aurantii tidak bercabang, sedangkan pada T. citricidus bercabang.  Kutu daun ini berbeda dengan serangga lainnya dalam berkembang biak, yaitu dengan melahirkan anaknya, dan termasuk serangga yang vivipar partenogenesis atau baik jantan maupun betinanya melahirkan anak, demikian juga imago kutu daun dapat bersayap maupun tidak bersayap. Kutu daun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada tanaman, tetapi perannya sebagai vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena virus ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi. Pada saat tanaman sedang bertunas, perkembangbiakan kutu mencapai optimum. Hama  ini terdapat  di  Indonesia, China,  dan  negara-negara  penghasil jeruk (Soemadi, 2002).
Ø Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.
Ø Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp (Soemadi, 2002).

3.2.4. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gambar 4. Bagian-bagian kumbang kelapa
Ø Morfologi dan anatomi serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago. bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas.Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur. Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala (Soemadi, 2002).
Ø Siklus hidup kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yaitu telur serangga kumbang kelapa berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. telur serangga ini bewarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk) (Soemadi, 2002).
Ø Adapun untuk mengendalikan hama ini adalah dengan menebang, membakar, atau membelah pohon-pohon kelapa yang mati, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 cm, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap menurunkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil keluar dari lubangnya. Penggunaan kelapa mati yang dibiarkan tegak merupakan cara yang cukup efektif untuk pengendalian hama ini. Pengendalian dengan sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dengan pengendalian lain, yaitu dengan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga larva yang berada dalam tegakan tersebut akan terinfeksi oleh cendawan ataupun virus. (Rio10, 2009).

3.2.5. Lalat Buah (Dacus sp)
Gambar 5. Lalat Buah 
 Ø Morfologi dan anatomikepik dari hama lalat buah (Dacus sp.) yaitu terdiri dari, caput, antenna, tungkai depan, tungkai belakang, mulut, sayap, thorax, dan abdomen. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai buah, permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan. Lalat buah mempunyai panjang tubuh sekitar 3 sampai 4 mm, tubuhnya berwarna kuning kecoklatan. Lalat buah tipe perkembangannya adalah holometabola dan memiliki tipe mulut pada saat larva :  menggigit-mengunyah dan imago : menjilat. Telurnya berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari (Rio10, 2009).
Ø Siklus hidupnya : lalat buah terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. Telur lalat buah berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan (Rio10, 2009).
Ø Adapun cara-cara untuk mengendalikan hama lalat buah ini adalah sebagai berikut : 1). Melakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat. 2). Mengumpulkan semua buah yang terserang dan memusnahkannya.3). Mengendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Lalu digantungkan perangkap di pingir kebun (Rio10, 2009). 

3.2.6. Kepik
Gambar 6. Kepik
Ø Morfologi dan anatomi kepik, kepik terdiri dari 2 antena, 2 mata, kepala, 2 sayap, kaki, perut, sayap, mulut. Struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum.Sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Bagian yang beruas dari proboscis itu adalah labium, yang bertindak sebagai suatu selubung bagi empat stilet penusuk (dua mandibel dan dua maksilae). Maksilae bersama-sama cocok di dalam proboscis membentuk dua saluran, sebuah saluran makanan dan sebuah saluran air liur. Tidak ada palpus, walaupun struktur kecil seperti bergelambir yang jelas pada proboscis dari beberapa kepik akuatik yangdiperkirakan beberapa ahli sebagai palpus (Soemadi, 2002).
Ø Sklus hidupnya : Kepik tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata lain melalui tahap : telur nimfa dewasa. (Soemadi, 2002).
Ø Kepik dapat dikendalikan dengan menggunakan musuh alaminya seperti serangga, bisa juga dengan menggunakan jaring untuk menangkapnya.

3.2.7. Larva Kumbang Kelapa
Gambar 7. Larva Kumbang Kelapa
Ø Morfologi dan anatomi Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) adalah serangga dengan tipe mulut penggigit dan mengunya, tubuhnya sangat lunak, mempunyai beberapa kaki, caput, mata, kaki semu, dan abdomen, ulat ini berwarna kecoklatan dan ada juga yang berwarna putih ciri-cirinya berbentuk silindris dengan panjang mencapai 3,5 cm (Steins, 2002).
Ø Siklus hidupnya :stadium telur Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari Telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas (Soemadi, 2002).

3.2.8. Jangkrik
Gambar 8. Jangkrik
Ø Hewan yang termasuk dalam ordo Orthoptera, termasuk di dalamnya Gryllus sp ( jangkrik ) adalah bersifat hemimetabola, mulutnya tipe pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa saja atau ada juga yang tidak bersayap. Hidup diberbagai habitat baik lingkungan basah ataupun kering, terutama dinaungi rumput-rumput, juga ditemukan ditemukan dirumah-rumah. Sisa-sisa tanaman yang masih lembab (jerami), dipertanaman kopi, teh, karet dan ketela pohon. Telur diletakkan di tanah atau disisipkan ketanaman. Beberapa jenis pandai menyanyi. Merupakan serangga yang aktif pada malam hari (noktunal).
Ø Jangkrik termasuk serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Fase metamorfosis jangkrik meliputi fase telur, nimfa (pradewasa; "telendho" = bahasa Jawa), dan imago (dewasa). Siklus hidup jangkrik betina adalah > 3 bulan, sedangkan jangkrik jantan kurang < 3 bulan. Telur jangkrik akan menetas pada umur ± 13 hari, umur nimfa adalah ± 1,5 bulan, dan umur jangkrik dewasa adalah ± 1,5 bulan. Nimfa jangkrik akan berganti kulit sebanyak 6-8 kali selama masa pertumbuhannya. Setelah nimfa ganti kulit yang terakhir akan menjadi jangkrik dewasa, jangkrik dewasa akan mulai kawin setelah umur 3-4 hari.
Ø Cara pengendalian jangkrik dapat dilakukan dengan cara, menggunakan lampu atau door pada malam hari, biasanya jangkrik-jangkrik akan berdatangan. Kemudian tinggal menangkap, yang jantan dapat dijual kepasar dan yang betina dapat dijadikan sebagai makanan ayam.

3.2.9. Larva
Gambar 9. Larva
Ø Morfologi dan anatomi ulat larva (Plutella xylostella), yaitu ngengat berwarna abu-abu sampai coklat kelabu dan pada saat sayap dilipat nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya
Ø Siklus hidup hama ini dimulai dari telur hingga menjadi serangga (ngengat) berlangsung selama 2-3 minggu, tergantung dari keadaan temperatur udaranya. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian 1.250 m dari permukaan laut dan temperatur udaranya antara 14,5-24,6ºC, daur hidupnya bisa berlangsung hanya dalam 22 hari. Larva Plutella xylostella mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari.
Ø hama ini bisa dikendalikan dengan cara mengambil daun pisang yang tergulung, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan atau memanfaatkan predator seperti burung gagak dan kutilang.

3.2.10. Imago

Gambar 10. Imago
Ø Morfologi dan anatomi, Hama ini memiliki beberapa vena sayap depan menebal pada pangkalnya, sayap depan sekurang-kurangnya berbentuk segitiga. Antenna membesar pada pucuknya, biasanya berwarna coklat atau abu-abu dengan spot seperti mata pada sayap.
Ø Siklus hidup hama ini dimulai dari telur hingga menjadi serangga (ngengat) berlangsung selama 2-3 minggu, tergantung dari keadaan temperatur udaranya. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian 1.250 m dari permukaan laut dan temperatur udaranya antara 14,5-24,6ºC, daur hidupnya bisa berlangsung hanya dalam 22 hari. Larva Plutella xylostella mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari.
Ø Cara pengendalian Untuk mengatasi serangan hama dari family Satyridae ini adalah dengan cara mekanis yaitu dengan memotong atau memangkas bagian tanaman yang diserangnya yaitu daun.             
      
 IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
     Pada filum Arthropoda terdapat enam ordo yang bertindak sebagai hama serangga. Ke enam ordo tersebut adalah : a. Orthoptera adalah serangga yang bersayap lurus saat lurus. Alat-alat tambahan pada ordo orthoptera antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). b. Hemiptera adalah serangga yang sayapnya bagian depan mengalami penebalan setengah bagian, sisanya bertekstur seperti selaput. Pada ordo hemiptera Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. c. Homoptera adalah serangga yang bersayap sama seperti membran. Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. d.Lepidoptera adalah serangga yang sayapnya terdiri dari sisik-sisik kecil yang akan menempel bila dipegang. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula. e. Diptera adalah serangga yang bersayap dua. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. f. Coloeptera : serangga yang bersayap seludang pada sayap bagian depannya dan sayap belakangnya seperti selaput. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.

4.2. Saran
          Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar lebih mudah dalam membawa bahan yang akan digunakan untuk praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Amriardiansyah. 2014. http://blogspot.com. laporan-praktikum-organisme penggangu . html. Diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 19.40 WIB.
Adearisandi.2012.http://wordpress.com.metamorfosis-belalang.html. Diakses pada tanggal 16 april 2014 pukul 19.40 WIB.
Jumar. 2000. Entomologi Serangga. Rineka Cipta. Jakarta. Diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 20.00 WIB.
Soemadi, 2002. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Aneka, Solo. Diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 21.00 WIB.
Stenis, 2002. Pengolahan gulma. PT. Pradaya Pramitha, Jakarta. Diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 18.00 WIB.
Rio. 2009. Taksonomi Kumbang Kelapa.http://riostones.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 21.00 WIB.





Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!! Blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D