Minggu, 18 Mei 2014

Laporan "MENGENAL ORDO SERANGGA HAMA"

I. PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
1.1.1. Pengertian Hama dan Filum Yang Berpotensi Sebagai Hama
Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang  karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia. (De-mar, 2012). Ada beberapa filum dalam dunia binatang yang sebagian dari anggotanya berpotensi menjadi hama tanaman, yakni Filum : a). Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa). b). Mollusca yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). c). Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas Mammalia, yaitu keluarga bajing dan tikus. d). Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta atau Hexapoda (serangga) (Pandito, 2011).

1.1.2. Ordo Serangga Hama Dan Contohnya
Serangga yang penting yang tidak lain sering merusak tanaman adalah kelompok kelas Hexapoda. Serangga Hexapoda mempunyai ciri khas yakni memiliki enam buah kaki. Jenis ini memiliki beberapa jenis ordo,yakni sebagai berikut: a). Ordo Orthoptera : Berasal dari kata orthos yang artinya”lurus” dan pteron artinya “sayap”. Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator. Sewaktu istirahat sayap bagian belakangnya dilipat secara lurus dibawah sayap depan. Sayap depan mempunyai ukuran lebih sempit daripada ukuran sayap belakang. Alat mulut nimfa dan imagonya menggigit-mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3stadia (telur-nimfa-imago). Beberapa contoh serangga jenis ordo orthoptera : Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang pedang (Sexava spp.), jangkrik (Gryllus mitratus Burn dan Gryllus bimaculatus De G.), anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.). b). Ordo Hemiptera : Hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo ini  pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk), hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii), walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb), kepik buah lada (Dasynus viridula). c). Ordo Homoptera : Homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya kutu daun (Aphis sp.) sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Namun bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan untuk berpindah habitat. Tipe perkembangan hidup serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga ini, antara lain : wereng coklat (Nilaparvta lugens), wereng hijau (Nephotettix apicalis), kutu loncat (Heteropsylla), kutu daun (Myzus persicae). d). Ordo Lepidoptera : Berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya “sayap”. Tipe alat mulut dari ordolepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur-larva-pupa-imago). Larva sangat berpotensi sebagai  hama tanaman, sedangkan imagonya(kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari rambut. Yang termasuk jenis serangga dari ordo ini,antara lain : ulat daun kubis (Plutella xyllostella), kupu-kupu pastur (Papilio memnon L), ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), penggerek padi putih (Tryporyza innotata Walker). e). Ordo Coleoptera : Coleos artinya “seludang” pteron “sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras  dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa (imago).  Tipe alat mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya bentuk tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga lain. Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda. Serangga yang yang merusak tanaman, antara lain : kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L), kumbang daun kangkung, semangka, dan terung (Epilachna sp.), kumbang daun keledai (Phaedonia inclusa Stal), penggerek batang cengkih ( Nothopeus fasciatipennis Wat ). f). Ordo Diptera : Di artinya “dua” dan pteron artinya “sayap” merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran.Metamorfosisnya “holometabola” (telur-larva-kepompong-imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab dan tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap. Jenis serangga golongan ini, antara lain : lalat buah (Bactrocera sp.), lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), lalat bibit padi (Hydrellia philippina), hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason).

1.1.3. Tipe Perkembangannya
Selama perkembangan tubuhnya, hama serangga tanaman mengalami perubahan-perubahan yang nyata. Perubahan ini dibedakan menjadi dua, yaitu : a). Paurometabola : Serangga yang mengalami perubahan bentuk secara paurometabola selama siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa dan imago. Serangga pradewasa disebut nimfa. Nimfa dan imago memiliki tipe alat mulut dan jenis makanan yang sama, bentuk nimfa menyerupai induknya hanya ukurannya lebih kecil, belum bersayap, dan belum memiliki alat kelamin. Serangga pradewasa mengalami beberapa kali pergantian kulit, diikuti pertumbuhan tubuh dan sayap secara bertahap. Serangga yang termasuk alam tipe ini yaitu ordo Orthoptera, Hemiptera, dan Homoptera. b). Holometabola : Pada tipe ini serangga memiliki empat stadia selama siklus hidupnya, yaitu telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago. Serangga pradewasa disebut larva, dan memiliki habitat yang berbeda dengan imagonya. Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar. Serangga yang memiliki perkembangan holometabola yaitu ordo Lepidoptera, ordo Coleoptera, ordo Hymenoptera. (My Blog, 2011).

1.1.4. Tipe Mulut Serangga Hama
Pada dasarnya jenis alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi tiga tipe utama, yaitu: a). Tipe mandibulata (menggigit-mengunyah), dimana alat mulut ini digunakan untuk memotong atau menggigit dan menyunyah bahan makanan padat. Alat ini dicirikan oleh adanya mandibel yang kuat. b). Tipe haustelata (mengisap), dimana alat mulut ini disesuaikan untuk mengambil bahan makanan cair atau bahan makanan-bahan makanan terlarut. Alat ini memiliki bagian yang memanjang dan berbentuk seperti jarum yang dinamakan stilet. c). Tipe kombinasi, dimana disesuaikan untuk mengambil bahan makanan padat atau bahan makanan cair. Alat mulut kombinasi ini mempunyai mandible untuk menggigit bahan padat dengan maksila dan labium yang dimodifikasi untuk mengisap dan menjilat cairan. Tipe-tipe utama tersebut diatas dapat mengalami variasi sehingga kita temui berbagai macam tipe alat mulut serangga seperti mengigit-mengunyah, mengunyah-menghisap, menjilat-mengisap, menjilat, menusuk-mengisap serta mengisap. ( Jumar, 2000).

1.2. Tujuan 
Adapun Tujuan praktikum tentang mengenal ordo serangga hama adalah :
a.  Untuk mengetahui perbedaan ke enam ordo serangga hama tersebut
b. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki), sehingga memudahkan pengklasifikasian / identifikasi ke enam ordo serangga hama tersebut

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Tempat Dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dengan materi “Mengenal Ordo Serangga Hama” dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 13.00-14.40 WIB.

2.2. Bahan dan Alat
bahan yang digunakan adalah spesiman serangga hama (ordo orthoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, diptera, dan coeleptera). Sedanglan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lup, alat gambar, dan alat tulis lainnya.

2.3. Cara Kerja
      Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordo serangga hama, yang digambar adalah :
  •  Bentuk serangga secara keseluruhan
 • Permasing-masing bagian, yaitu sayap depan, sayap belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen), dan kaki.
  •  Melakukan pengklasifikasian (genus, spesies, ordo dan familia)
b. Menggambar hasil pengamatan (per kelompok) membuat sebagian laporan sementara yang ditandatangani oleh asisten yang bertugas.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan mengenal ordo serangga hama

3.2. Pembahasan
     3.2.1 .Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
Gambar 1. Bagian-bagian belalang
Ø Morfologi dan anatomi belalang: Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3  (Adearisandi, 2012).
Ø Siklus hidup belalang kayu sebagai berikut, telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
Ø Ada beberapa cara pengendalian belalang kayu antara lain, mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil, atau bisa juga  dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap (Syamsul. 2009).

3.2.2. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Gambar 2. Bagian-bagian walang sangit
Ø Morfologi dan anatomi walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm. Walang sangit (Leptocorisa oratorius ), adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi. Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang memanjang, berukuran sekitar 2cm, berwarna merah dan hitam. Walang sangit termasuk dalam ordo Hemiptera. Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah dan dapat menurunkan hasil tetapi juga menurunkan kualitas gabah seperti bintik-bintik coklat pada gabah akibat isapan cairan dari hama tersebut pada saat padi matang susu (Soemadi, 2002).
Ø Siklus hidup walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur rata-rata 5,2 hari. Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan. Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antena yang panjang. Setelah menjadi imago,  serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. (Amriardiansyah, 2014).
Ø Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai cara, misalnya melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas, sehingga koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus menghindari kerusakan yang berat. Pada awal fase generstif dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari tumbuhan rawa Limnophila sp. Ceratophyllum sp., Lycopodium sp. dan bangkai hewan : kodok, kepiting, udang dan sebagainya. Walang sangit yang tertangkap lalu dibakar. Parasit telur walang sangit yang utama adalah Gryon nixoni dan parasit telur lainnya adalah Ooencyrtus malayensis. Walang sangit dapat tertarik pada bau-bau tertentu seperti bangkai dan kotoran binatang (Rio10, 2009).

3.2.3. Kutu Daun
Ggambar 3. Kutu Daun
Ø Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25oC, dan 21 hari pada 15oC. Di antara semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan yang terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa. Perbedaan antara T. citricidus dan T. aurantii terlihat pada pembuluh sayap bagian depan, dimana pada T. aurantii tidak bercabang, sedangkan pada T. citricidus bercabang.  Kutu daun ini berbeda dengan serangga lainnya dalam berkembang biak, yaitu dengan melahirkan anaknya, dan termasuk serangga yang vivipar partenogenesis atau baik jantan maupun betinanya melahirkan anak, demikian juga imago kutu daun dapat bersayap maupun tidak bersayap. Kutu daun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada tanaman, tetapi perannya sebagai vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena virus ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi. Pada saat tanaman sedang bertunas, perkembangbiakan kutu mencapai optimum. Hama  ini terdapat  di  Indonesia, China,  dan  negara-negara  penghasil jeruk (Soemadi, 2002).
Ø Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.
Ø Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp (Soemadi, 2002).

3.2.4. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gambar 4. Bagian-bagian kumbang kelapa
Ø Morfologi dan anatomi serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago. bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas.Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur. Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala (Soemadi, 2002).
Ø Siklus hidup kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yaitu telur serangga kumbang kelapa berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. telur serangga ini bewarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk) (Soemadi, 2002).
Ø Adapun untuk mengendalikan hama ini adalah dengan menebang, membakar, atau membelah pohon-pohon kelapa yang mati, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 cm, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap menurunkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil keluar dari lubangnya. Penggunaan kelapa mati yang dibiarkan tegak merupakan cara yang cukup efektif untuk pengendalian hama ini. Pengendalian dengan sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dengan pengendalian lain, yaitu dengan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga larva yang berada dalam tegakan tersebut akan terinfeksi oleh cendawan ataupun virus. (Rio10, 2009).

3.2.5. Lalat Buah (Dacus sp)
Gambar 5. Lalat Buah 
 Ø Morfologi dan anatomikepik dari hama lalat buah (Dacus sp.) yaitu terdiri dari, caput, antenna, tungkai depan, tungkai belakang, mulut, sayap, thorax, dan abdomen. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai buah, permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan. Lalat buah mempunyai panjang tubuh sekitar 3 sampai 4 mm, tubuhnya berwarna kuning kecoklatan. Lalat buah tipe perkembangannya adalah holometabola dan memiliki tipe mulut pada saat larva :  menggigit-mengunyah dan imago : menjilat. Telurnya berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari (Rio10, 2009).
Ø Siklus hidupnya : lalat buah terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. Telur lalat buah berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan (Rio10, 2009).
Ø Adapun cara-cara untuk mengendalikan hama lalat buah ini adalah sebagai berikut : 1). Melakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat. 2). Mengumpulkan semua buah yang terserang dan memusnahkannya.3). Mengendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Lalu digantungkan perangkap di pingir kebun (Rio10, 2009). 

3.2.6. Kepik
Gambar 6. Kepik
Ø Morfologi dan anatomi kepik, kepik terdiri dari 2 antena, 2 mata, kepala, 2 sayap, kaki, perut, sayap, mulut. Struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum.Sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Bagian yang beruas dari proboscis itu adalah labium, yang bertindak sebagai suatu selubung bagi empat stilet penusuk (dua mandibel dan dua maksilae). Maksilae bersama-sama cocok di dalam proboscis membentuk dua saluran, sebuah saluran makanan dan sebuah saluran air liur. Tidak ada palpus, walaupun struktur kecil seperti bergelambir yang jelas pada proboscis dari beberapa kepik akuatik yangdiperkirakan beberapa ahli sebagai palpus (Soemadi, 2002).
Ø Sklus hidupnya : Kepik tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata lain melalui tahap : telur nimfa dewasa. (Soemadi, 2002).
Ø Kepik dapat dikendalikan dengan menggunakan musuh alaminya seperti serangga, bisa juga dengan menggunakan jaring untuk menangkapnya.

3.2.7. Larva Kumbang Kelapa
Gambar 7. Larva Kumbang Kelapa
Ø Morfologi dan anatomi Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) adalah serangga dengan tipe mulut penggigit dan mengunya, tubuhnya sangat lunak, mempunyai beberapa kaki, caput, mata, kaki semu, dan abdomen, ulat ini berwarna kecoklatan dan ada juga yang berwarna putih ciri-cirinya berbentuk silindris dengan panjang mencapai 3,5 cm (Steins, 2002).
Ø Siklus hidupnya :stadium telur Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari Telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas (Soemadi, 2002).

3.2.8. Jangkrik
Gambar 8. Jangkrik
Ø Hewan yang termasuk dalam ordo Orthoptera, termasuk di dalamnya Gryllus sp ( jangkrik ) adalah bersifat hemimetabola, mulutnya tipe pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa saja atau ada juga yang tidak bersayap. Hidup diberbagai habitat baik lingkungan basah ataupun kering, terutama dinaungi rumput-rumput, juga ditemukan ditemukan dirumah-rumah. Sisa-sisa tanaman yang masih lembab (jerami), dipertanaman kopi, teh, karet dan ketela pohon. Telur diletakkan di tanah atau disisipkan ketanaman. Beberapa jenis pandai menyanyi. Merupakan serangga yang aktif pada malam hari (noktunal).
Ø Jangkrik termasuk serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Fase metamorfosis jangkrik meliputi fase telur, nimfa (pradewasa; "telendho" = bahasa Jawa), dan imago (dewasa). Siklus hidup jangkrik betina adalah > 3 bulan, sedangkan jangkrik jantan kurang < 3 bulan. Telur jangkrik akan menetas pada umur ± 13 hari, umur nimfa adalah ± 1,5 bulan, dan umur jangkrik dewasa adalah ± 1,5 bulan. Nimfa jangkrik akan berganti kulit sebanyak 6-8 kali selama masa pertumbuhannya. Setelah nimfa ganti kulit yang terakhir akan menjadi jangkrik dewasa, jangkrik dewasa akan mulai kawin setelah umur 3-4 hari.
Ø Cara pengendalian jangkrik dapat dilakukan dengan cara, menggunakan lampu atau door pada malam hari, biasanya jangkrik-jangkrik akan berdatangan. Kemudian tinggal menangkap, yang jantan dapat dijual kepasar dan yang betina dapat dijadikan sebagai makanan ayam.

3.2.9. Larva
Gambar 9. Larva
Ø Morfologi dan anatomi ulat larva (Plutella xylostella), yaitu ngengat berwarna abu-abu sampai coklat kelabu dan pada saat sayap dilipat nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya
Ø Siklus hidup hama ini dimulai dari telur hingga menjadi serangga (ngengat) berlangsung selama 2-3 minggu, tergantung dari keadaan temperatur udaranya. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian 1.250 m dari permukaan laut dan temperatur udaranya antara 14,5-24,6ºC, daur hidupnya bisa berlangsung hanya dalam 22 hari. Larva Plutella xylostella mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari.
Ø hama ini bisa dikendalikan dengan cara mengambil daun pisang yang tergulung, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan atau memanfaatkan predator seperti burung gagak dan kutilang.

3.2.10. Imago

Gambar 10. Imago
Ø Morfologi dan anatomi, Hama ini memiliki beberapa vena sayap depan menebal pada pangkalnya, sayap depan sekurang-kurangnya berbentuk segitiga. Antenna membesar pada pucuknya, biasanya berwarna coklat atau abu-abu dengan spot seperti mata pada sayap.
Ø Siklus hidup hama ini dimulai dari telur hingga menjadi serangga (ngengat) berlangsung selama 2-3 minggu, tergantung dari keadaan temperatur udaranya. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian 1.250 m dari permukaan laut dan temperatur udaranya antara 14,5-24,6ºC, daur hidupnya bisa berlangsung hanya dalam 22 hari. Larva Plutella xylostella mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari.
Ø Cara pengendalian Untuk mengatasi serangan hama dari family Satyridae ini adalah dengan cara mekanis yaitu dengan memotong atau memangkas bagian tanaman yang diserangnya yaitu daun.             
      
 IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
     Pada filum Arthropoda terdapat enam ordo yang bertindak sebagai hama serangga. Ke enam ordo tersebut adalah : a. Orthoptera adalah serangga yang bersayap lurus saat lurus. Alat-alat tambahan pada ordo orthoptera antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). b. Hemiptera adalah serangga yang sayapnya bagian depan mengalami penebalan setengah bagian, sisanya bertekstur seperti selaput. Pada ordo hemiptera Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. c. Homoptera adalah serangga yang bersayap sama seperti membran. Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. d.Lepidoptera adalah serangga yang sayapnya terdiri dari sisik-sisik kecil yang akan menempel bila dipegang. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula. e. Diptera adalah serangga yang bersayap dua. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. f. Coloeptera : serangga yang bersayap seludang pada sayap bagian depannya dan sayap belakangnya seperti selaput. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.

4.2. Saran
          Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar lebih mudah dalam membawa bahan yang akan digunakan untuk praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Amriardiansyah. 2014. http://blogspot.com. laporan-praktikum-organisme penggangu . html. Diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 19.40 WIB.
Adearisandi.2012.http://wordpress.com.metamorfosis-belalang.html. Diakses pada tanggal 16 april 2014 pukul 19.40 WIB.
Jumar. 2000. Entomologi Serangga. Rineka Cipta. Jakarta. Diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 20.00 WIB.
Soemadi, 2002. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Aneka, Solo. Diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 21.00 WIB.
Stenis, 2002. Pengolahan gulma. PT. Pradaya Pramitha, Jakarta. Diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 18.00 WIB.
Rio. 2009. Taksonomi Kumbang Kelapa.http://riostones.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 21.00 WIB.





Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!! Blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D

1 komentar: