I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bulk
density merupakan berat suatu massa tanah per satuan volume tertentu. Satuannya
adalah g/cm3. Volume tanah yang dimaksud adalah volume kepadatan tanah termasuk
ruang-ruang pori. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat
suatu tanah maka semakin tinggi bulk density, yang berarti semakin sulit
meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya tanah lapisan atas pada
tanah mineral umumnya mempunyai nilai bulk density yang rendah dibandingkan
dengan tanah dibawahnya (Sarwono, 2003). Tanah yang lebih padat mempunyai nilai bulk
density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada
umumnya, tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai kandungan Bulk Density
yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya. Nilai Bulk Density
tanah mineral berkisar antara 1-1,6 gram/am3 sedangkan tanah organik umumnya
memiliki nilai Bulk Density antara 0,1-0,9 gram/cm3 (Pairunan, dkk, 1997).
Kadar
air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri,
kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada
bahan pangan (Winarno, 1997).
Air tanah adalah air yang
terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Ada
beberapa jenis air tanah antara lain : a. Air tanah dataran aluvial Volume
air tanah dalam dataran alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran dan
permeabilitas dari akuifer yang terbentuk dalam alluvium dan dilluvium yang
mengendap dalam dataran. Air susupan. Air tanah yang dalam dataran. Air tanah
dataran alluvial terbagi atas air susupan (influent water ), airtanah dilapisan
yang dalam, dan airtanah sepanjang pantai. b. Air tanah di
dalam kipas detrital endapan kipas detrital terbagi atas
endapan diatas kipas dan dibagian ujung bawah kipas. Endapan diatas kipas
terdiri atas lapisan pasir dan kerikil yang tidak terpilih sedangkan menuju ke
arah ujung bawah kipas cendrung di dominasi oleh lempung. c. Air tanah di
dalam teras diluvial air tanah dalam teras diluvial yang tertutup dengan
endapan teras yang agak tebal ditentukan oleh keadaan bahan dasar dan daerah
pengaliran dari terras. Kondisinya pada lembah terdapat akuifer yang tebal dan
mata air pada batuan dasar yang dangkal, sedangkan jika terras bersambung
dengan gunung api dan endapannya juga bersambung dengan endapan kasar gunung
itu, maka pengisian air tanah akan menjadi besar. d. Air tanah di kaki
gunung api kaki gunung api memiliki topografi dan geografi yang khas maka
air tanahnya mempunyai karakteristik tersendiri. Kaki gunung api yang tinggi
mengakibatkan curah hujan tinggi, fragmen-fragmen gunung api memiliki
ruang-ruang yang banyak sehingga mudah menyalurkan air tanah serta memiliki
mata air di ujung terras, dan pada dasar aliran lava banyak retakan dan ruang
maka air tanah dengan mudah melalui dasar sepanjang lembah tersebut. e.
Air tanah di zone retakan lapisan-lapisan zaman tersier mempunyai
kepadatan yang besar, porositas effektif antar butir tanah adalah kecil.
Koeffisien permeabilitasnya adalah kirakira10-4 sampai 10-6 cm/detik dan tidak
terbentuk akuifer. Akan tetapi jika terdapat zone retakan yang memotong
lapisan-lapisan ini, maka didalamnya terisi air celah (Hardjowigeno, 1993).
Mekanisme air dalam tanah Pergerakan
air di bawah tanah dengan sumber airnya adalah air hujan, Ketika hujan
turun, air hujan mulai membasahi permukaan tanah. Tanah yang alami dengan
tetumbuhan di atasnya menyediakan pori-pori, rongga-rongga dan celah tanah bagi
air hujan sehingga air hujan bisa leluasa merembes atau meresap ke dalam
tanah. Air itu akan turun hingga kedalaman beberapa puluh meter. Air yang
berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai dia
mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat-sangat
sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan
yang bersifat impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar
sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit diisi air, sementara yang kiri
bersifat permeabel yang berisi air). Air yang datang kemudian akan menambah
volume air yang mengisi rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan
disana. Penambahan volume air akan berhenti seiring dengan berhentinya
hujan. Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air
yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air permukaan.
Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang
terisi air tanah disebut zona saturasi air. Disamping air tanah bergerak dari
atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler).
Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak
horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah
mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan
berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan. Kapasitas
tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas permukaan maupun volume
ruang pori, kapasitas menahan air karenanya berhubungan dengan struktur dan tekstur.
Tanah - tanah dengan tekstur halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total
maksimum, tetapi air tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur
sedang. Penelitian menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa tanah
berhubungan erat dengan kandungan debu dan pasir yang sangat halus (Foth,
1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah : a. Kadar Bahan Organik Tanah : Bahan
organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel mineral
tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga makin
tinggi kadar bahan organik tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
b. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah : Kedalaman solum atau lapisan tanah
menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka ketersediaan dan kadar
air tanah juga semakin banyak. c. Faktor iklim dan tumbuhan : Faktor iklim
dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat
diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan
udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air
tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan
tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan
adalah faktor pertumbuhan yang berarti. d. Senyawa Kimiawi : Garam-garam dan
senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun non alamiah mempunyai gaya
osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju
meningkat (Nurhayati, 1986).
1.2. Tujuan
ü Mahasiswa dapat mengenal alat-alat dan
menggunakan alat-alat untuk mengukur bulk density dan kadar air dan Mahasiswa dapat menghitung bulk density dan
kadar air.
II. BAHAN DAN METODE
2.1. Waktu dan
Tempat
Kegiatan
praktikum dasar ilmu tanah tentang ( penentuan kadar air tanah dan penetapan
bulk density tanah) dilaksanakan pada hari jumat, 08 November 2013 pukul
09.00-10.40 wib. Dilaboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya.
2.2.
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan pada saat praktikum adalah : Sampel Tanah, Plastik Kertas Dan
Pulpen. Sedangkan
alat yang digunakan adalah : Ring
Sampel, Oven, Timbangan Analitik, Jangka Sorong.
2.3.
Cara Kerja
ü
Menimbang ring sampel kosong (Y gram) dan alas seng (Z gram)
menggunakan timbangan analitik, kemudian mengukur tinggi dan diameter ring
sampel menggunakan jangka sorong, mencatat dan memberi kode pada ring tersebut.
ü
Mengambil contoh tanah
dari lapangan dengan menggunakan ring sampel. Pengambilan tanah
dilakukan sesuai prosedur pengambilan tanah tak terusik / utuh. Menutup kedua
permukaan ring dengan tutup ring / plastik.
ü
Meletakan pada alas seng dan menimbang contoh tanah
basah+ring sampel+alas seng (A gram), mencatat beratnya.
ü
Oven tanah + tabung dan dialasi dengan seng selama 24 jam
dengan suhu 1050C.
ü
Mengeluarkan ring sampel+alas seng oven dan didinginkan dalam
desikator. Setelah dingin menimbang beratnya (tanah+ring sampel+alas seng) (B
gram).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
Tabel hasil pengamatan baik density
dan kadar air
No
|
Jenis Tanah
|
Ring Sampel Kososng
|
Berat Seng (Gr)
|
Berat Tanah + Ring + Seng
|
Berat Tanah
|
BD (9.cm-3)
|
KA (%)
|
||||
Tinggi (Cm)
|
Diameter (Cm)
|
Berat (Gr)
|
Basah (Gr)
|
Oven (Gr)
|
Basah (Gr)
|
Oven (Gr)
|
|||||
1.
|
Aluvial
Tidak terusik
|
313,08
|
7,06
|
185
|
108
|
542
|
425
|
249
|
132
|
0,42
|
88,64
|
2.
|
Tanah berpasir
|
4,01
|
7,06
|
185
|
108
|
616
|
550
|
323
|
257
|
0,82
|
25,68
|
3.
|
Aluvial terusik
|
-
|
-
|
-
|
6,419
|
16,698 tanpa ring
|
12,221
|
10,279
|
5,802
|
-
|
77,16
|
3.2.
Pembahasan
3.2.1.
Kadar Air Aluvial (Terusik)
BA
= 6,419 gram
BA
+ BTb = 16,698
BTb
= ( BA + BTb ) – BA
= 16,698 – 6,419
= 10,279 gram
KA =
x 100%
=
x 100%
= 77,16
3.2.2.
Bobot Isi Aluvial (Tidak Terusik)
BA
= 0,108 Kg
= 108 gr
BA
+ BR + BTb = 0,542 kg
= 542 gr
BR
= 0,185 KG
= 185 g
BTK = (BA + BR +BTK)-(BA + BR)
= 425 – 293
= 132 g
BA
+ BR + BTK = 0,425 kg
= 425 g
BD
=
=
= 0,42 gr
KA
=
X 100%
=
X 100%
= 88,64 %
3.2.3.
Bobot Isi Tanah Berpasir
BA = 0,108 kg
= 108 gr
BA
+ BR + BTb = 0,616 kg
= 616 gr
BR
= 185 gr
BTb
= (BA + BR + BTb) – (BA-BR)
= 616 – 293
= 323 gr
BA
+ BR + BTK = 550 gr
BTK
= (BA + BR + BTK) – (BA + BR)
= 550 – 293
= 257 gr
BD
=
=
= 0,82 gr.cm-3
KA
=
x 100%
=
x 100% =
25,68%
Dari pembahasan
diatas tanah aluvial terusik memiliki kadar air 77,16% sedangkan bobot isi aluvial tidak terusik
memiliki kadar air 88,64% dan bobot isi tanah berpasir memiliki kadar air
25,68%, dari data tersebut bobot isi aluvial tidak terusik memiliki kadar air
paling tinggi dibandingkan dengan kedua data tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah : a. Kadar Bahan Organik Tanah : Bahan
organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel
mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga
makin tinggi kadar bahan organik tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air
tanah. b. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah : Kedalaman solum atau lapisan
tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka ketersediaan dan
kadar air tanah juga semakin banyak. c. Faktor iklim dan tumbuhan : Faktor
iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat
diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan
udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air
tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan
tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan
adalah fakto pertumbuhan yang berarti. d. Senyawa Kimiawi : Garam-garam dan
senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun non alamiah mempunyai gaya
osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju
meningkat.
Fungsi dan manfaat menghitung kadar
air adalah : dengan mengukur kadar air
kita akan mengetahui kadar air dalam tanah, kondisi tanah di lapang, mengetahui
tehnik penetapan tesktur tanah di lapang, dan mengetahui tingkat kelekatan
tanah.
IV.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa tanah aluvial terusik memiliki kadar air 77,16% sedangkan bobot isi aluvial tidak terusik
memiliki kadar air 88,64% dan bobot isi tanah berpasir memiliki kadar air
25,68%, dari data tersebut bobot isi aluvial tidak terusik memiliki kadar air
paling tinggi yaitu sebesar 88,64% dibandingkan dengan kedua data tersebut,
faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
air tanah adalah tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah dan
permeabilitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Foth, H.D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press, Yogjakarta. (Diakses Pada Tanggal 18 November 2013)
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. (Diakses Pada Tanggal 18 November
2013)
Sarwono, H, 2003, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. (Diakses Pada Tanggal 18 November
2013)
Winarno, F. G.
1997. Definisi Kadar Air. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. (Diakses Pada Tanggal 19 November 2013)
Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!!
blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar