Sabtu, 17 Mei 2014

MENGENAL GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori
1.1.1. konsep penyebab penyakit
 Penyakit tumbuhan merupakan suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari tumbuhan  tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya karena adanya suatu gangguan (Nasa88, 2012 ). Konsep timbulnya penyakit pada tumbuhan pada dasarnya terbagi atas tiga faktor yang dikenal dengan konsep segitiga penyakit. Konsep segitiga penyakit merupakan konsep timbulnya suatu penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang (host), penyebab penyakit (pathogen) dan faktor lingkungan. a) tanaman inang, dimana tanaman inang berpengaruh terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang perantara; b) penyebab penyakit (pathogen), pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia. Suatu organisme disebut patogen apabila dapat memenuhi postulat koch yaitu: patogen ditemukan pada pohon yang terserang pathogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi,  patogen dapat diinokulasikan pada spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama dan dapat diisolasi kembali; c) faktor lingkungan, merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air. Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit. Selanjutnya, manusia yang berperan sebagai petani atau penanam akan berusaha mempengaruhi ketiganya agar terjadi hubungan yang menguntungkan baginya. Manusia mempengaruhi faktor tumbuhan dengan memilih bibit yang unggul atau memilih jenis yang tahan. Dengan melakukan penyemprotan pestisida, manusia mempengaruhi penyebab hama dan penyakit. Manusia juga mempengaruhi kondisi lingkungan secara terbatas dengan melakukan pengaturan jarak tanam, penyiangan, pemangkasan dan lain sebagainya. Ketiga syarat tersebut ternyata dipengaruhi oleh kegiatan budidaya pertanian petani, sebagai upaya untuk meningkatkan produksi tanamannya, konsep ini dikenal dengan konsep limas hama dan penyakit. (Adinugroho, 2008).

1.1.2. Penyebab Penyakit Tumbuhan
 Penyakit tumbuhan terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit abiotik dan biotik. Penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara
yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angin. Sedangkan penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematoda, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma (Hasna,2012)

     1.1.3. Gejala Penyakit Tumbuhan
    Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe gejala: a). Gejala lokal, yaitu gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak  atau kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar). b). Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil). Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu : a). Gejala Morfologi : gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa, raba dan dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari  dari tumbuhan. b). Gejala Histologi : gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan- pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit. Gejala histologi dapat dibedakan menjadi 3 tipe gejala, yaitu : a). Gejala Nekrotik : Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Gejala nekrotik dibagi menjadi : 1). Nekrosis atau matinya bagian tanaman Sekumpulan sel yang terbatas dalam jaringan tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya bercak-bercak atau bintik-bintik hitam. 2). Hidrosis disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam ruang sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan. 3). Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas yang menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau. 4). Layu, yaitu gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan dalam berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air. 5). Gosong atau scorch yang sering disebut terbakar adalah mati dan mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala nekrosis. 6). Mati ujung, biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai dari ujungnya baru meluas kepangkal. 7). Busuk yang disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. Busuk dipakai untuk bagian-bagian yang tebal seperti buah, batang, akar. Busuk terbagi menjadi dua yaitu busuk basah dan busuk kering. Busuk basah biasanya disertai bau yang tidak enak atau cairan-cairan yang kental biasanya terjadi pada bagian tanaman yang berdaging, sedangkan busuk kering jarang berbau. 8). Rebah semai jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang membusuk atau tanaman rebah. 9). Kanker, gejala ini lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu pada batang, ranting ataupun akar. 10). Perdarahan atau eksudasi, gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-cairan yang keluar bagian tanaman. b). Gejala Hipoplastik : Adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi berikut: 1). Kerdil atau tumbuh terhambat pertumbuhan bagian-bagian tanaman, sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya. 2). Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau. 3.) Etiolasi, gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit. 4). Pemusaran (resetting). c). Gejala Hiperplastik : Ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut: 1). Menggulung atau mengeriting, yaitu gejala gulung daun (leaf roll) atau gejala mengeriting (curling) yang disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. 2). Rontok, peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. 3). Perubahan warna, yaitu perubahan warna yang bukan klorosis misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi kengu-unguan karena membentuk antosianin. (Fahmi, 2012).

       1.1.4. Morfologi Penyebab Penyakit Tumbuhan
Penyakit tumbuhan terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit abiotik dan biotik. Penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angin. Sedangkan penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma (Rio,2009). a). Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. Atau Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung: terdiri dari bagian yang tegak (“batang”) dan bagian yang mendatar atau membulat Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah Penyakit embun tepung. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat kercak – bercak hitam. b). Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik. c). Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga (Puntorini, 2011).
1.2. Tujuan 
a. Agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tanaman.
b. Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang diamati khususnya yang disebabkan cendawan, bakteri dan virus.
II. BAHAN DAN METODE

2.1. Tempat Dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dengan materi Mengenal Gejala Penyakit Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya pada hari Sabtu  tanggal 05 April 2014 pukul 11.00 – 12.40 WIB.
2.2. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah : wortel (Daucias carota), ubi (Impomea batatas), daun pepaya (Carica papaya), daun jambu agung (Procontarinia matteiana), cabe, jagung (Zea mays), daun jarak (Ricinus communis), sawo, daun tomat.
Sedangkan alat yang digunakan adalah : mikroskop, loupe, obyek glass, cover glass, jarum pentul dan silet.

2.3. Cara Kerja
    a. Mengamati gejala penyakit kemudian menggambar, menyebutkan ciri-ciri atau penampakan fisiologis dari gejala tersebut.
      b. Mengamati secara mikroskopis penyebab penyakit dengan berdasarkan tanda yang tampak dan menggambar serta menyebutkanbagian-bagiannya.


III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan
          Tabel 1.  Hasil Pengamatan Mengenai Gejala Penyakit Tumbuhan.
No
Nama/bagian tanaman yang diamati
Gejala yang diamati
Tipe gejala
Nama penyakit
Penyebab penyakit
1.
Wortel
Busuk, berair, berbau
nekrotis
Busuk basah
Bakteri erwinia carotovora
2.
Ubi
Bercak kasar, terbatas dan berlubang, berwarna cokelat
hiperplastis
kudis
bakteri
3.
Daun pepaya
Keriting, berlubang, bercak kuning kecil
hiperplastis
Menggulung atau mengeriting
virus
4.
Daun jambu agung
Permukaan daun bentol menonjol
hiperplastis
kudis
bakteri
5.
Cabe
Busuk tidak berair, bau
nekrosis
Busuk kering (dry out)
jamur
6.
Jagung
Ukuran tanaman kecil, dan bagian tanaman kuning
hipoplastis
kerdil
virus
7.
Daun jarak
Permukaan daun berlubang, bagian yang yang berwarna kuning setempat-tempat
hipoplastis
mosaik
virus
8.
Sawo
Pembengkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil
hiperplastis
puru

9.
Daun tomat
Bagian disekitar tulang daun menguning
hipoplaria
Vein clearing
virus


3.2. Pembahasan
     3.2.1. Wortel (Daucus carota)
                                   
            Gambar 1. Bentuk Makroskopis Penyakit               Gambar 2. Bentuk Mikroskopis Penyakit
         Busuk Basah Pada Wortel                                          Busuk Basah Pada Wortel
                                       (Erwinia corotavora)                                                        (Erwini corotavora)
                 Sumber : Dokumentasi Pribadi                             Sumber : Www. Psmicrographs.Co.Uk.

          Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian tanaman wortel  yang terserang penyakit busuk basah gejala yang tampak adalah busuk, berair dan berbau. penyakit busuk buah pada wortel termasuk dalam tipe gejala nekrosis, penyakit busuk basah pada wortel disebabkan oleh bakteri Erwina carotovora, gejala penyakit busuk basah pada wortel, pada bagian yang terserang penyakit busuk basah oleh Erwinia carotovora adalah berwarna coklat atau ketitaman, pada bagian terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan dangan bentuk melekuk, dan membesar, serta bentuknya teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen (putih, hitam atau coklat) dengan menimbulkan bau pada bagian yang busuk karena aktifitas serangan bakteri skunder jaringan. Morfologi dari bakteri  Erwinia carotovora adakah sel bakteri berbentuk batang (basillus) dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron, umumnya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak berkapsul dan tidak berspora, bergerak mengunakan flagella yang terdapat disekeliling sel bakteri. Bakteri bersifat gram negatif. Daur hidup penyakit busuk basah wortel oleh Erwinia carotovora adalah Bakteri dapat menyerang bermacam-macam tanaman pertanian maupun produksi hasilnya, khususnya tanaman hortikultura. Bakteri dapat mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman lapang. Pada umumnya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian. Larva dan Imago lalat buah dapat menularkan bakteri, karena serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri dalam tubuhnya. Sehingga daur penyakit akan tetap mampu menyerang tanaman selama siklus dari perkembangan bakteri tidak terputus. Pengendalian yang dapat mencegah dari perkembangbiakan serangan bakteri terhadap penyakit busuk basah wortel adalah a). Sanitasi, dengan menjaga kebersihan area tanaman dari sisa-sisa tanaman yang sakit sebelum penanaman; b). Melakukan penanaman dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat untuk menghindari kelembaban yang tinggi, terutama pada musim hujan; c). Menghindari pelukaan pada tanaman saat pemeliharaan; d). Pengendalian untuk pasca panen dapat dilakukan dengan mencuci wortel dengan air yang mengandung chlorine atau dapat menggunakan boraks, mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan dalam ruangan yang cukup kering dengan ventilasi yang sesuai atau cukup.

     3.2.2. Penyakit Kudis Pada Ubi (Impomea batatas)
                           
          Gambar 3. Bentuk makroskopis Penyakit           Gambar 4. Bentuk Mikroskopis Penyakit
           Kudis Pada Kentang (Impomea Batatas)           Kudis Pada Kentang (Impomea batatas)
      Sumber : Dokumentasi Pribadi                                   Sumber : Www.Google.Com

          Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian tanaman ubi jalar  yang terserang penyakit kudis gejala yang tampak adalah bercak kasar, terbatas, berlubang dan berwarna coklat, penyakit kudis pada ubi jalar termasuk dalam tipe gejala hiperplastis, penyakit kudis pada ubi jalar disebabkan oleh cendawan Sphaceloma batatas, cendawan tersebut menginfeksi tulang daun, tangkai daun, dan batang. Bintil atau pustul kudis terdapat pada bagian tanaman yang terinfeksi. Beberapa cara pengendalian penyakit kudis yang dapat diterapkan adalah menanam klon ubijalar tahan penyakit kudis. Umumnya klon-klon ubijalar lokal tidak tahan terhadap penyakit kudis. Pengembangan klon ubijalar tahan terhadap penyakit kudis sangat membantu petani dalam menekan kehilangan hasil dan biaya usaha taninya. Di dalam proses pembentukan klon unggul kaya â-karoten dan antosianin terdapat serangkaian tahapan yang dilakukan di antaranya adalah pengujian ketahanan ubijalar terhadap penyakit kudis.
    
3.2.3. Daun Pepaya (Carica papaya)
                               
            Gambar 5. Bentuk Makroskopis                         Gambar 6. Bentuk Mikroskopis
                                            Keriting Pada Daun Pepaya                               Keriting Pada Daun Pepaya
              Sumber : Dokumentasi Pribadi                         Sumber : Www.Wordpress.Com

             Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian tanaman daun pepaya  yang terserang penyakit gejala yang tampak adalah keriting, berlubang, bercak kuning kecil. penyakit keriting pada daun pepaya termasuk dalam tipe gejala hiperplastis. Penyakit menggulung atau mengeriting disebabkan oleh virus, biasanya virus ini menyerang pada bagian daun tanaman yang masih muda. Cara pengendalian virus ini antara lain, membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, membuang daun pepaya yang terserang virus.





3.2.4. Daun Jambu Agung (Procontarinia matteiana)
                                     
       Gambar 7.  Bentuk Makroskopis Penyakit             Gambar 8. Bentuk Mikroskopis Penyakit                        Bintil  Daun  Jambu Agung                              Bintil Daun Jambu Agung
     Sumber : Dokumentasi Pribadi                                    Sumber : Www.Google.Com

             Berdasarkan hasil pengamatan pada penyakit bintil daun jambu agung (Procontarinia matteiana) yang terserang penyakit bintil daun, gejala yang tampak pada daun jambu agung adalah terdapat benjolan-benjolan tidak merata atau muncul pembengkakan pada daun muda berbentuk bintil-bintil (terdapat larva dari lalat daun Procontarinia matteiana di dalam bintil daun tersebut). Penyakit bintil daun jambu agung termasuk dalam tipe gejala hiperplastis yang disebabkan oleh bakteri. Cara pengendalian penyakit kudis adalah Penanaman varietas tahan, mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan, mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan saat pengairan tanaman yang tepat pada jenis jeruk tertentu.

3.2.5. Busuk Kering pada Cabai (Capsicum annum)
                         
         Gambar 9. Bentuk Makroskopis                             Gambar 10. Bentuk Mikroskopis
        Busuk Kering Pada Cabai                                     Busuk Kering Pada Cabai
                                         Sumber : dokumentasi pribadi                               sumber : www.flickcr.com

                Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian tanaman cabai yang terserang penyakit busuk kering, gejala yang tampak pada cabai adalah pada bagian buah berwarna coklat kehitam-hitaman, busuk tidak berair, bau. Penyakit busuk kering pada cabai tergolong tipe gejala nekrosis, yang disebabkan oleh jamur. jamur Colletotrichum capsici mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil mempunyai banyak aservulus, tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak seta (berwarna coklat tua, bersekat, halus dan meruncing ke atas), memiliki konidium berwarna hitam, berbentuk tabung (silindris) dengan ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti sabit. Konidium dapat disebabkan oleh angin. Cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi persemaian yang tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan yang menyerang daun dan batang tidak dapat menginfeksi buah. Daur hidup dari Colletotrichum capsici sebagai pathogen penyakit busuk basah hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Colletotrichum capsici dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Perkembangan penyakit sangat baik pada suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan pada buah muda lebih cepat gugur karena infeksi. Pengendalian busuk kering pada cabai dapat dilakukan dengan perlakuan sebagai berikut: a). Pengendalian dengan cara benih yang akan disemai direndam terlebih dahulu dengan air hangat (sekitar 55 oC) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) dicampur dengan DI Grow Green sebanyak 10 ml sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati dan dapat juga dicampur fungisida berbahan aktif tofanat, tebukanazol, Thiram atau benomil selama 4 jam; b). Mengatur jarak tanam untuk musim kemarau lebih rapat (50 cm x 70 cm), musim penghujan lebih lebar   (60 cm x 70 cm). Semua cabai yang terserang dipanen setiap hari kemudian dimusnahkan;      c) Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat; d) Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae (terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya; e). Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya; f). Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun atau tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi; g). Penyemprotan rutin pupuk organik cair DI Grow Green dengan dosis 3 cc/liter air dengan interval semprot 10 hari atau bisa juga disemprotkan bersamaan dengan penyemprotan fungisida; h) Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan; i) Tindakan akhir Penanggulangan busuk basah cabai menggunakan fungisida Kasumin, Dithane  M-45, Difolatan, Phycosan, Daconil, Topsin, Delsen dan Antracol. Serta pengendelian penyakit busuk basah pada buah cabai dapat menggunakan jenis fungisida yang berbahan aktif tembaga hidroksida dan fungisida yang berbahan aktif deveconazol.

3.2.6. Kerdil pada Tanaman jagung (Zea mays)
                            
                 Gambar 11. Bentuk Makroskopis Kerdil               Gambar 12. Bentuk Mikroskopis Kerdil
                            Pada  Tanaman Jagung                                             Pada  Tanaman Jagun
                       Sumber : Dokumentasi Pribadi                              Sumber : Www.Cals.Ncsu.Edu

         Berdasarkan hasil pengamatan pada penyakit kerdil pada jagung, gejala yang tampak pada tanaman jagung adalah pada daun jagung yang  terkena virus terdapat garis kuning muda putus-putus di seluruh permukaannya, batang menguning dan kecil diametenya, pertumbuhan yang terserang virus terhambat (kerdil). Penyakit kerdil jagung termasuk dalam tipe gejala hipoplastis yang disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit mosaik kerdil jagung berbentuk batang lentur panjang berukuran 12-15 x 750 cm, Daur hidup dari golongan potyvirus adalah Virus ini ditularkan secara mekanis oleh serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari 20 spesies aphis dapat memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch), kutu hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis persik hijau, Myzus percicae (Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji dapat menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang sangat rendah 0,05%. Pengendalian penyakit dengan melakukan sanitasi lahan, mencabut tanaman yang terserang penyakit kerdil dengan mengunakan tangan ataupun alat – alat pertanian, kemudiana hasil cabutan dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di tanah

3.2.7. daun jarak (Ricinus communis)
                             
                   Gambar 13. Bentuk Makroskopis                          Gambar 14. Bentuk Mikroskopis
                                   Daun Jarak                                                               Virus Daun Jarak
                    Sumber : Dokumentasi Pribadi                              Sumber : Http://Blog.Uad.Ac.Id

             Berdasarkan hasil pengamatan pada penyakit mosaik pada daun jarak, gejala yang tampak pada tanaman daun jarak adalah permukaan daun berlubang, bagian yang berwarna kuning setempat-tempat. Penyakit mosaik daun jarak termasuk dalam tipe gejala hipoplastis yang disebabkan oleh virus. Pengendalian dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan, membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan membakar buah yang terserang. Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau Actidone dengan konsentrasi 0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali, pengendalian tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.

3.2.8. Puru pada Batang Sawo
                         
               Gambar 15. Bentuk Makroskopis                         Gambar 16. Bentuk Mikroskopis
                         Puru Pada Batang Sawo                                           Puru Pada Batang Sawo
                  Sumber : Dokumentasi Pribadi                                Sumber : : Www.Cals.Ncsu.Edu
            
             Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian puru batang  sawo yang terserang gejala yang tampak adalah terjadi pembengkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil. Penyakit puru pada batang sawo termasuk dalam tipe gejala hiperplastis yang disebabkan oleh bekteri. bakteri Agrobacterium tumefacient adalah tergolong bakteri gram negatif yang tergolong bakteri aerob dan mampu hidup baik sebagai saprofit maupun parasit. Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0,6 – 1,0 µm sampai 1,5 – 3,0 µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah bergerak (motile) dan memiliki 1 sampai 6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri tidak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25 - 28°C. Kumpulan bakteri ini biasanya berbentuk cembung, bulat, lembut, dan tidak berpigmen. Agrobacterium diisolasi dari tanaman yang terinfeksi Crown Gall. Tumor Crown Gall adalah jaringan tanaman yang pertumbuhannya tidak terdiferensiasi akibat adanya interaksi antara tanaman-tanaman yang rentan dengan strain virulen Agrobacterium tumefaciens. Daur hidup dari bakteri Agrobacterium tumefacient penyebab penyakit  puru batang hidup pada sisa-sisa panen dan tanaman inang, bakteri akan terus menginjeksi bagian tanaman baik akar, batang, dan daun tanaman. Pengendalian penyakit puru batang sawo dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang puru dengan metode mekanik dengan melakukan pemotongan pada batang yang terserang penyakit puru, hasil potongan dibakar kemudian sisa pembakaran dibenamkan ke dalam tanah, pada batang kemudian ditaburi, dilabur atau disemprot dengan larutan kapur dan garam (10:1) yang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67%.  

3.2.9. Daun Tomat
                       
                 Gambar 17. Bentuk Makroskopis                             Gambar 18. Bentuk Mikroskopis
                              Daun Tomat                                                                        Daun Tomat
                    Sumber : Dokumentasi Pribadi                    Sumber : Lifetoscienceadventure.Blogspot.Com

                                                           Berdasarkan hasil pengamatan dari daun tomat yang terserang gejala yang tampak adalah bagian-bagian disekitar tulang daun menguning. Penyakit Vein clearing pada daun tomat termasuk dalam tipe gejala hipoplaria yang disebabkan oleh virus. Pengendalian virus bisa dilakukan dengan penanganan pencegahan seperti sanitasi lingkungan, kebersihan alat serta pemusnaan tanaman yang terserang virus agar tidak menular.
           

IV.       PENUTUP

4.1. Kesimpulan
        Dari hasil kegiatan praktikum dapat disimpulkan bahwa gejala penyakit tumbuhan dibagi 3 tipe gejala yaitu : a). Gejala nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian, terbagi atas nekrosis, klorosis, hidrosis. layu, gosong atau terbakar, mati ujung, rebah semai, eksudasi, perforasi. b). gejala hipoplastik merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel, terbagi atas ; kerdil, klorosis, etiolasi. c).  gejala hiperplastik ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment), terbagi sebagai berikut: menggulung atau mengeriting, sesidium, kudis dan erinos.
         Gejala dan  tanda yang diakibatkan oleh cendawan adalah pada bagian tamanan terlihat basioskrap dan terdapat hifa  biasanya berwarna putih,  pada bakeri untuk gejala dan  tanda adalah pada bagian tanaman yang terserang jika dipotong pada bagian terserang dan dimasukan kedalam larutan air akan mengeluarkan eksudat, cairan, atau lendir berwarna putih kental, sedangkan gejala dan tanda yang disebabkan oleh virus adalah terjadinya bengkak akibat pathogen  yang beraktifitas di dalam jaringan tumbuhan.

4.2. Saran
      Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan untuk kepentingan praktikum/penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit http://konsep-timbulnya-penyakit.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 2014 pukul  20.00 WIB.
Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman (http://kickfahmi.blogspot.com). Diakses pada tanggal 07 April 2014 pukul  19.00 WIB.
Puntorini. 2011. konsep-penyakit-tanaman.ww.puntorini.blogsot.com. Diakses pada tanggal 014 April 2014 pukul  19.00 WIB.
http://nasa88.wordpress.com/2012/05/21/hama-dan-penyakit-tanaman-tomat. Diakses pada tanggal 016 April 2014 pukul  21.00 WIB.
Rio, 2009.http://riostones.blogspot.com/2009/08/busuk-lunak-soft-rot-erwinia-carotovora.html. Diakses pada tanggal 015 April 2014 pukul  20.40 WIB.






Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!! blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar