I. PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
1.1.1. konsep penyebab penyakit
Penyakit tumbuhan merupakan suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari tumbuhan tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya karena adanya suatu gangguan (Nasa88, 2012 ). Konsep timbulnya penyakit pada tumbuhan pada dasarnya terbagi atas tiga faktor yang dikenal dengan konsep segitiga penyakit. Konsep segitiga penyakit merupakan konsep timbulnya suatu penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang (host), penyebab penyakit (pathogen) dan faktor lingkungan. a) tanaman inang, dimana tanaman inang berpengaruh terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang perantara; b) penyebab penyakit (pathogen), pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia. Suatu organisme disebut patogen apabila dapat memenuhi postulat koch yaitu: patogen ditemukan pada pohon yang terserang pathogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi, patogen dapat diinokulasikan pada spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama dan dapat diisolasi kembali; c) faktor lingkungan, merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air. Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit. Selanjutnya, manusia yang berperan sebagai petani atau penanam akan berusaha mempengaruhi ketiganya agar terjadi hubungan yang menguntungkan baginya. Manusia mempengaruhi faktor tumbuhan dengan memilih bibit yang unggul atau memilih jenis yang tahan. Dengan melakukan penyemprotan pestisida, manusia mempengaruhi penyebab hama dan penyakit. Manusia juga mempengaruhi kondisi lingkungan secara terbatas dengan melakukan pengaturan jarak tanam, penyiangan, pemangkasan dan lain sebagainya. Ketiga syarat tersebut ternyata dipengaruhi oleh kegiatan budidaya pertanian petani, sebagai upaya untuk meningkatkan produksi tanamannya, konsep ini dikenal dengan konsep limas hama dan penyakit. (Adinugroho, 2008).
1.1.2. Penyebab Penyakit Tumbuhan
Penyakit tumbuhan terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit abiotik dan biotik. Penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara
yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angin. Sedangkan penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematoda, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma (Hasna,2012)
1.1.3. Gejala Penyakit Tumbuhan
Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe gejala: a). Gejala lokal, yaitu gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak atau kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar). b). Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil). Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu : a). Gejala Morfologi : gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa, raba dan dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari dari tumbuhan. b). Gejala Histologi : gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan- pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit. Gejala histologi dapat dibedakan menjadi 3 tipe gejala, yaitu : a). Gejala Nekrotik : Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Gejala nekrotik dibagi menjadi : 1). Nekrosis atau matinya bagian tanaman Sekumpulan sel yang terbatas dalam jaringan tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya bercak-bercak atau bintik-bintik hitam. 2). Hidrosis disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam ruang sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan. 3). Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas yang menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau. 4). Layu, yaitu gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan dalam berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air. 5). Gosong atau scorch yang sering disebut terbakar adalah mati dan mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala nekrosis. 6). Mati ujung, biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai dari ujungnya baru meluas kepangkal. 7). Busuk yang disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. Busuk dipakai untuk bagian-bagian yang tebal seperti buah, batang, akar. Busuk terbagi menjadi dua yaitu busuk basah dan busuk kering. Busuk basah biasanya disertai bau yang tidak enak atau cairan-cairan yang kental biasanya terjadi pada bagian tanaman yang berdaging, sedangkan busuk kering jarang berbau. 8). Rebah semai jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang membusuk atau tanaman rebah. 9). Kanker, gejala ini lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu pada batang, ranting ataupun akar. 10). Perdarahan atau eksudasi, gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-cairan yang keluar bagian tanaman. b). Gejala Hipoplastik : Adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi berikut: 1). Kerdil atau tumbuh terhambat pertumbuhan bagian-bagian tanaman, sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya. 2). Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau. 3.) Etiolasi, gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit. 4). Pemusaran (resetting). c). Gejala Hiperplastik : Ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut: 1). Menggulung atau mengeriting, yaitu gejala gulung daun (leaf roll) atau gejala mengeriting (curling) yang disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. 2). Rontok, peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. 3). Perubahan warna, yaitu perubahan warna yang bukan klorosis misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi kengu-unguan karena membentuk antosianin. (Fahmi, 2012).
1.1.4. Morfologi Penyebab Penyakit Tumbuhan
Penyakit tumbuhan terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit abiotik dan biotik. Penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angin. Sedangkan penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma (Rio,2009). a). Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. Atau Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung: terdiri dari bagian yang tegak (“batang”) dan bagian yang mendatar atau membulat Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah Penyakit embun tepung. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat kercak – bercak hitam. b). Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik. c). Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga (Puntorini, 2011).
1.2. Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tanaman.
b. Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang diamati khususnya yang disebabkan cendawan, bakteri dan virus.
II. BAHAN DAN METODE
2.1. Tempat Dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dengan materi Mengenal Gejala Penyakit Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya pada hari Sabtu tanggal 05 April 2014 pukul 11.00 – 12.40 WIB.
2.2. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah : wortel (Daucias carota), ubi (Impomea batatas), daun pepaya (Carica papaya), daun jambu agung (Procontarinia matteiana), cabe, jagung (Zea mays), daun jarak (Ricinus communis), sawo, daun tomat.
Sedangkan alat yang digunakan adalah : mikroskop, loupe, obyek glass, cover glass, jarum pentul dan silet.
2.3. Cara Kerja
a. Mengamati gejala penyakit kemudian menggambar, menyebutkan ciri-ciri atau penampakan fisiologis dari gejala tersebut.
b. Mengamati secara mikroskopis penyebab penyakit dengan berdasarkan tanda yang tampak dan menggambar serta menyebutkanbagian-bagiannya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan Mengenai Gejala
Penyakit Tumbuhan.
No
|
Nama/bagian
tanaman yang diamati
|
Gejala
yang diamati
|
Tipe
gejala
|
Nama
penyakit
|
Penyebab
penyakit
|
1.
|
Wortel
|
Busuk,
berair, berbau
|
nekrotis
|
Busuk
basah
|
Bakteri
erwinia carotovora
|
2.
|
Ubi
|
Bercak
kasar, terbatas dan berlubang, berwarna cokelat
|
hiperplastis
|
kudis
|
bakteri
|
3.
|
Daun
pepaya
|
Keriting,
berlubang, bercak kuning kecil
|
hiperplastis
|
Menggulung
atau mengeriting
|
virus
|
4.
|
Daun jambu
agung
|
Permukaan
daun bentol menonjol
|
hiperplastis
|
kudis
|
bakteri
|
5.
|
Cabe
|
Busuk
tidak berair, bau
|
nekrosis
|
Busuk
kering (dry out)
|
jamur
|
6.
|
Jagung
|
Ukuran
tanaman kecil, dan bagian tanaman kuning
|
hipoplastis
|
kerdil
|
virus
|
7.
|
Daun jarak
|
Permukaan
daun berlubang, bagian yang yang berwarna kuning setempat-tempat
|
hipoplastis
|
mosaik
|
virus
|
8.
|
Sawo
|
Pembengkakan
setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil
|
hiperplastis
|
puru
|
|
9.
|
Daun tomat
|
Bagian
disekitar tulang daun menguning
|
hipoplaria
|
Vein clearing
|
virus
|
3.2. Pembahasan
3.2.1. Wortel (Daucus carota)
Gambar 1. Bentuk Makroskopis Penyakit Gambar 2. Bentuk Mikroskopis Penyakit
Busuk Basah Pada Wortel Busuk
Basah Pada Wortel
(Erwinia corotavora) (Erwini corotavora)
Sumber
: Dokumentasi Pribadi Sumber : Www. Psmicrographs.Co.Uk.
Berdasarkan
hasil pengamatan dari bagian tanaman wortel
yang terserang penyakit busuk basah gejala yang tampak adalah busuk,
berair dan berbau. penyakit busuk buah pada wortel termasuk dalam tipe gejala
nekrosis, penyakit busuk basah pada wortel disebabkan oleh bakteri Erwina
carotovora, gejala penyakit busuk basah pada wortel, pada bagian yang terserang
penyakit busuk basah oleh Erwinia carotovora adalah berwarna coklat atau
ketitaman, pada bagian terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan dangan
bentuk melekuk, dan membesar, serta bentuknya teratur, berwarna coklat tua
kehitaman. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen (putih, hitam
atau coklat) dengan menimbulkan bau pada bagian yang busuk karena aktifitas
serangan bakteri skunder jaringan. Morfologi dari bakteri Erwinia carotovora adakah sel bakteri
berbentuk batang (basillus) dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron,
umumnya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak berkapsul dan tidak
berspora, bergerak mengunakan flagella yang terdapat disekeliling sel bakteri.
Bakteri bersifat gram negatif. Daur hidup penyakit busuk basah wortel oleh
Erwinia carotovora adalah Bakteri dapat menyerang bermacam-macam tanaman
pertanian maupun produksi hasilnya, khususnya tanaman hortikultura. Bakteri
dapat mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman lapang. Pada
umumnya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi
melalui luka-luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian.
Larva dan Imago lalat buah dapat menularkan bakteri, karena serangga ini membuat
luka dan mengandung bakteri dalam tubuhnya. Sehingga daur penyakit akan tetap
mampu menyerang tanaman selama siklus dari perkembangan bakteri tidak terputus.
Pengendalian yang dapat mencegah dari perkembangbiakan serangan bakteri
terhadap penyakit busuk basah wortel adalah a). Sanitasi, dengan menjaga
kebersihan area tanaman dari sisa-sisa tanaman yang sakit sebelum penanaman;
b). Melakukan penanaman dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat untuk
menghindari kelembaban yang tinggi, terutama pada musim hujan; c). Menghindari
pelukaan pada tanaman saat pemeliharaan; d). Pengendalian untuk pasca panen
dapat dilakukan dengan mencuci wortel dengan air yang mengandung chlorine atau
dapat menggunakan boraks, mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan
pengangkutan, menyimpan dalam ruangan yang cukup kering dengan ventilasi yang
sesuai atau cukup.
3.2.2.
Penyakit Kudis Pada Ubi (Impomea batatas)
Gambar 3.
Bentuk makroskopis Penyakit Gambar
4. Bentuk Mikroskopis Penyakit
Kudis
Pada Kentang (Impomea Batatas) Kudis Pada Kentang (Impomea batatas)
Sumber :
Dokumentasi Pribadi Sumber
: Www.Google.Com
Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian tanaman ubi
jalar yang terserang penyakit kudis gejala yang tampak adalah
bercak kasar, terbatas, berlubang dan berwarna coklat, penyakit kudis pada ubi
jalar termasuk dalam tipe gejala hiperplastis, penyakit kudis pada ubi jalar disebabkan
oleh cendawan Sphaceloma batatas, cendawan
tersebut menginfeksi tulang daun, tangkai daun, dan batang. Bintil atau pustul
kudis terdapat pada bagian tanaman yang terinfeksi. Beberapa cara pengendalian
penyakit kudis yang dapat diterapkan adalah menanam klon ubijalar tahan
penyakit kudis. Umumnya klon-klon ubijalar lokal tidak tahan terhadap penyakit
kudis. Pengembangan klon ubijalar tahan terhadap penyakit kudis sangat membantu
petani dalam menekan kehilangan hasil dan biaya usaha taninya. Di dalam proses
pembentukan klon unggul kaya â-karoten dan antosianin terdapat serangkaian
tahapan yang dilakukan di antaranya adalah pengujian ketahanan ubijalar
terhadap penyakit kudis.
3.2.3. Daun Pepaya (Carica
papaya)
Gambar 5. Bentuk Makroskopis
Gambar 6. Bentuk
Mikroskopis
Keriting Pada Daun Pepaya Keriting Pada Daun Pepaya
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Www.Wordpress.Com
Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian tanaman daun
pepaya yang terserang penyakit gejala
yang tampak adalah keriting, berlubang, bercak kuning kecil. penyakit keriting
pada daun pepaya termasuk dalam tipe gejala hiperplastis. Penyakit menggulung
atau mengeriting disebabkan oleh virus, biasanya virus ini menyerang pada
bagian daun tanaman yang masih muda. Cara pengendalian virus ini antara lain,
membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan
hama/serangga penular virus, membuang daun pepaya yang terserang virus.
3.2.4. Daun Jambu Agung (Procontarinia matteiana)
Gambar 7. Bentuk Makroskopis Penyakit Gambar 8. Bentuk
Mikroskopis Penyakit
Bintil Daun Jambu Agung Bintil Daun Jambu Agung
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Www.Google.Com
Berdasarkan hasil pengamatan
pada penyakit bintil daun jambu agung (Procontarinia matteiana) yang terserang
penyakit bintil daun, gejala yang tampak pada daun jambu agung adalah terdapat
benjolan-benjolan tidak merata atau muncul pembengkakan pada daun muda
berbentuk bintil-bintil (terdapat larva dari lalat daun Procontarinia matteiana
di dalam bintil daun tersebut). Penyakit bintil daun jambu agung termasuk dalam
tipe gejala hiperplastis yang disebabkan oleh bakteri. Cara pengendalian
penyakit kudis adalah Penanaman varietas tahan, mengusahakan agar buah dan
tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana pada kondisi demikian
tanaman menjadi lebih tahan, mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan
menentukan saat pengairan tanaman yang tepat pada jenis jeruk tertentu.
3.2.5. Busuk
Kering pada Cabai (Capsicum
annum)
Gambar
9. Bentuk Makroskopis Gambar 10. Bentuk Mikroskopis
Busuk
Kering Pada Cabai Busuk Kering Pada
Cabai
Sumber : dokumentasi pribadi sumber : www.flickcr.com
Berdasarkan hasil pengamatan dari bagian tanaman cabai
yang terserang penyakit busuk kering, gejala yang tampak pada cabai adalah pada
bagian buah berwarna coklat kehitam-hitaman, busuk tidak berair, bau. Penyakit
busuk kering pada cabai tergolong tipe gejala nekrosis, yang disebabkan oleh
jamur. jamur Colletotrichum capsici mempunyai ciri morfologi yang struktur
tubuhnya sangat kecil mempunyai banyak aservulus, tersebar di bawah kutikula
atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak seta (berwarna coklat tua,
bersekat, halus dan meruncing ke atas), memiliki konidium berwarna hitam,
berbentuk tabung (silindris) dengan ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti
sabit. Konidium dapat disebabkan oleh angin. Cendawan pada buah masuk ke dalam
ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi persemaian yang
tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan yang menyerang daun dan batang tidak
dapat menginfeksi buah. Daur hidup dari Colletotrichum capsici sebagai pathogen
penyakit busuk basah hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur
yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat
luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Colletotrichum capsici
dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Perkembangan penyakit sangat baik
pada suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan
pada buah muda lebih cepat gugur karena infeksi. Pengendalian busuk kering pada
cabai dapat dilakukan dengan perlakuan sebagai berikut: a). Pengendalian dengan
cara benih yang akan disemai direndam terlebih dahulu dengan air hangat
(sekitar 55 oC) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu
golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) dicampur dengan DI Grow Green
sebanyak 10 ml sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati dan dapat juga
dicampur fungisida berbahan aktif tofanat, tebukanazol, Thiram atau benomil
selama 4 jam; b). Mengatur jarak tanam untuk musim kemarau lebih rapat (50 cm x
70 cm), musim penghujan lebih lebar (60
cm x 70 cm). Semua cabai yang terserang dipanen setiap hari kemudian
dimusnahkan; c) Memusnahkan bagian
tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan,
tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada
tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan
menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan
tanaman/buah yang masih sehat; d) Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman
lain yang bukan famili solanaceae (terong, tomat dll) atau tanaman inang
lainnya; e). Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll.
khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup
tinggi. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan
penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak
atau bisa juga gabungan keduanya; f). Penggunaan mulsa hitam perak, karena
dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada
bagian bawah permukaan daun atau tanaman sehingga kelembaban tidak begitu
tinggi; g). Penyemprotan rutin pupuk organik cair DI Grow Green dengan dosis 3
cc/liter air dengan interval semprot 10 hari atau bisa juga disemprotkan
bersamaan dengan penyemprotan fungisida; h) Pengelolaan drainase yang baik di
musim penghujan; i) Tindakan akhir Penanggulangan busuk basah cabai menggunakan
fungisida Kasumin, Dithane M-45,
Difolatan, Phycosan, Daconil, Topsin, Delsen dan Antracol. Serta pengendelian
penyakit busuk basah pada buah cabai dapat menggunakan jenis fungisida yang
berbahan aktif tembaga hidroksida dan fungisida yang berbahan aktif deveconazol.
3.2.6. Kerdil
pada Tanaman jagung (Zea mays)
Gambar 11. Bentuk Makroskopis Kerdil Gambar 12. Bentuk Mikroskopis Kerdil
Pada
Tanaman Jagung Pada
Tanaman Jagun
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Www.Cals.Ncsu.Edu
Berdasarkan
hasil pengamatan pada penyakit kerdil pada jagung, gejala yang tampak pada
tanaman jagung adalah pada daun jagung yang
terkena virus terdapat garis kuning muda putus-putus di seluruh
permukaannya, batang menguning dan kecil diametenya, pertumbuhan yang terserang
virus terhambat (kerdil). Penyakit kerdil jagung termasuk dalam tipe gejala
hipoplastis yang disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit mosaik kerdil
jagung berbentuk batang lentur panjang berukuran 12-15 x 750 cm, Daur hidup
dari golongan potyvirus adalah Virus ini ditularkan secara mekanis oleh
serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari 20 spesies aphis dapat
memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch), kutu
hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis persik hijau, Myzus percicae
(Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji dapat
menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang sangat
rendah 0,05%. Pengendalian penyakit dengan melakukan sanitasi lahan, mencabut
tanaman yang terserang penyakit kerdil dengan mengunakan tangan ataupun alat –
alat pertanian, kemudiana hasil cabutan dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di
tanah
3.2.7. daun
jarak (Ricinus communis)
Gambar 13. Bentuk Makroskopis Gambar 14. Bentuk Mikroskopis
Daun Jarak Virus Daun Jarak
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Http://Blog.Uad.Ac.Id
Berdasarkan hasil pengamatan pada penyakit mosaik pada daun
jarak, gejala yang tampak pada tanaman daun jarak adalah permukaan daun
berlubang, bagian yang berwarna kuning setempat-tempat. Penyakit mosaik daun
jarak termasuk dalam tipe gejala hipoplastis yang disebabkan oleh virus.
Pengendalian dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun
terutama pada musim hujan, membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan
membakar buah yang terserang. Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau
Actidone dengan konsentrasi 0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval
waktu 2 minggu sekali, pengendalian tindakan pencegahan dilakukan dengan
melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
3.2.8. Puru pada Batang Sawo
Gambar 15. Bentuk Makroskopis Gambar 16. Bentuk
Mikroskopis
Puru Pada Batang Sawo Puru Pada Batang Sawo
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : : Www.Cals.Ncsu.Edu
Berdasarkan hasil pengamatan
dari bagian puru batang sawo yang
terserang gejala yang tampak adalah terjadi pembengkakan setempat pada jaringan
tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil. Penyakit puru pada batang sawo
termasuk dalam tipe gejala hiperplastis yang disebabkan oleh bekteri. bakteri
Agrobacterium tumefacient adalah tergolong bakteri gram negatif yang tergolong
bakteri aerob dan mampu hidup baik sebagai saprofit maupun parasit.
Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0,6 – 1,0 µm sampai 1,5 – 3,0 µm,
dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang
mudah bergerak (motile) dan memiliki 1 sampai 6 flagela peritrichous serta
merupakan bakteri tidak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah
25 - 28°C. Kumpulan bakteri ini biasanya berbentuk cembung, bulat, lembut, dan
tidak berpigmen. Agrobacterium diisolasi dari tanaman yang terinfeksi Crown
Gall. Tumor Crown Gall adalah jaringan tanaman yang pertumbuhannya tidak
terdiferensiasi akibat adanya interaksi antara tanaman-tanaman yang rentan
dengan strain virulen Agrobacterium tumefaciens. Daur hidup dari bakteri
Agrobacterium tumefacient penyebab penyakit
puru batang hidup pada sisa-sisa panen dan tanaman inang, bakteri akan terus
menginjeksi bagian tanaman baik akar, batang, dan daun tanaman. Pengendalian
penyakit puru batang sawo dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang
puru dengan metode mekanik dengan melakukan pemotongan pada batang yang
terserang penyakit puru, hasil potongan dibakar kemudian sisa pembakaran
dibenamkan ke dalam tanah, pada batang kemudian ditaburi, dilabur atau
disemprot dengan larutan kapur dan garam (10:1) yang dapat menekan pertumbuhan
puru sebesar 96,67%.
3.2.9. Daun Tomat
Gambar 17. Bentuk
Makroskopis Gambar 18. Bentuk
Mikroskopis
Daun Tomat
Daun Tomat
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Lifetoscienceadventure.Blogspot.Com
Berdasarkan hasil pengamatan
dari daun tomat yang terserang gejala yang tampak adalah bagian-bagian
disekitar tulang daun menguning. Penyakit Vein
clearing pada daun tomat termasuk dalam tipe gejala hipoplaria yang
disebabkan oleh virus. Pengendalian virus bisa dilakukan dengan penanganan pencegahan seperti sanitasi
lingkungan, kebersihan alat serta pemusnaan tanaman yang terserang virus agar
tidak menular.
IV. PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan praktikum dapat
disimpulkan bahwa gejala penyakit tumbuhan dibagi 3 tipe gejala yaitu : a). Gejala
nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau
bagian sel bahkan kematian, terbagi atas nekrosis, klorosis, hidrosis. layu,
gosong atau terbakar, mati ujung, rebah semai, eksudasi, perforasi. b). gejala
hipoplastik merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya
pertumbuhan sel, terbagi atas ; kerdil, klorosis, etiolasi. c). gejala hiperplastik ini disebabkan karena
adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment), terbagi
sebagai berikut: menggulung atau mengeriting, sesidium, kudis dan erinos.
Gejala dan tanda yang diakibatkan oleh cendawan adalah
pada bagian tamanan terlihat basioskrap dan terdapat hifa biasanya berwarna putih, pada bakeri untuk gejala dan tanda adalah pada bagian tanaman yang
terserang jika dipotong pada bagian terserang dan dimasukan kedalam larutan air
akan mengeluarkan eksudat, cairan, atau lendir berwarna putih kental, sedangkan
gejala dan tanda yang disebabkan oleh virus adalah terjadinya bengkak akibat
pathogen yang beraktifitas di dalam
jaringan tumbuhan.
4.2.
Saran
Penulis menyadari kekurangan dan
keterbatasan dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu masukan dan kritikan
yang membangun sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan untuk kepentingan praktikum/penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit http://konsep-timbulnya-penyakit.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 2014 pukul 20.00 WIB.
Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman (http://kickfahmi.blogspot.com). Diakses pada tanggal 07 April 2014 pukul 19.00 WIB.
Puntorini. 2011. konsep-penyakit-tanaman.ww.puntorini.blogsot.com. Diakses pada tanggal 014 April 2014 pukul 19.00 WIB.
http://nasa88.wordpress.com/2012/05/21/hama-dan-penyakit-tanaman-tomat. Diakses pada tanggal 016 April 2014 pukul 21.00 WIB.
Rio, 2009.http://riostones.blogspot.com/2009/08/busuk-lunak-soft-rot-erwinia-carotovora.html. Diakses pada tanggal 015 April 2014 pukul 20.40 WIB.
Terimakasih buat agan-agan yang sudah berkunjung diblog saya..!!
blogger yang baik selalu meniggalkan komentar ;D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar